-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Jogja Hari Ini
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    YLTD Terus Memperkuat Perlindungan Anak Dari Ekstremisme

    12/08/25, 14:28 WIB Last Updated 2025-08-12T07:28:25Z

    Sleman, Kabar Jogja – Melalui kegiatan selama tiga hari, Yayasan Literasi Tumbuh Desa (YLTD) yang berpusat di Moyudan, Sleman menegaskan pencegahan perlindungan ekstremisme kekerasan terhadap anak harus terus dikolaborasikan.


    Bersama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten, Jawa Tengah dan UNICEF Indonesia, kegiatan bertajuk Penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk Reintegrasi dan Rehabilitasi Anak dalam Jaringan Terorisme menjadi awal kolaborasi berkelanjutan dalam merancang sistem perlindungan anak yang lebih inklusif, adaptif, dan berperspektif damai.


    Digelar pada 5-7 Agustus 2025, kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat perlindungan anak dari jerat semua menjadi bagian dari upaya memperkuat perlindungan anak dari jerat ekstremisme kekerasan, seperti terorisme.

    “Ini menjadi ruang belajar lintas sektor untuk memahami dan merespons isu yang kompleks tersebut,” jelas pendiri Yayasan Literasi Desa Tumbuh, Noor Huda Ismail, Selasa (12/8).


    Sebagai akademisi dan praktisi yang dikenal dalam isu pencegahan ekstremisme kekerasan, Noor di awal kegiatan memaparkan serta menjelaskan sejarah dan dinamika kelompok radikal di Indonesia dengan pendekatan yang membumi dan reflektif.


    Dalam kegiatan ini peserta diajak untuk memahami isu-isu global yang kemudian terhubung dengan isu lokal, kemudian memicu munculnya isu ekstremisme kekerasan. Pemahaman ini penting untuk menyesuaikan hal apa yang sesuai untuk pencegahan ekstremisme kekerasan di level praktis.


    Selain berdiskusi, peserta diajak menyaksikan film Road to Resilience, karya dari Kreasi Prasasti Perdamaian, yang mengangkat kisah nyata perjalanan anak muda Indonesia ke Suriah. Film ini memicu refleksi mendalam.


    “Film ini mengubah cara pandang saya tentang siapa yang pergi ke Suriah. Saya dulu membayangkan mereka selalu berjenggot, berjidat hitam, dan bergamis. Tapi setelah melihat mas Febri, ternyata sangat berbeda,” ujar pengurus LPA Klaten, Hidayatus Sholihah.


    Kesempatan berdiskusi langsung dengan Febri, narasumber utama dalam film yang dulunya berangkat ke Suriah karena kerinduan pada ibunya, bukan untuk berjihad, disebutnya memberikan perspektif baru bagi peserta pelatihan.


    Pada hari kedua, tim dari Literasi Desa Tumbuh dan Kreasi Prasasti Perdamaian berbagi pengalaman tentang membangun narasi damai di media daring maupun luring, serta peran kolaborasi antar pemangku kepentingan (pentahelix).


    “Selama di Literasi Desa Tumbuh ini, kami menemukan contoh ideal bagaimana membentuk ruang bersama dan menarasikan isu sensitif secara humanis sehingga bisa diterima masyarakat,” ungkap Child Protection Specialist dari UNICEF, Naning Julianingsih.


    Malamnya, peserta disuguhi pementasan tari dan musik angklung dari anak-anak dampingan komunitas Aksara Tari dan Gema Literasi, menampilkan semangat dan potensi lokal yang turut menjadi bagian dari upaya reintegrasi anak melalui pendekatan budaya. Peserta juga mendapatkan kesempatan untuk belajar angklung bersama anak-anak.


    Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari kolaborasi berkelanjutan dalam merancang sistem perlindungan anak yang lebih inklusif, adaptif, dan berperspektif damai. (Set)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close