Sleman, Kabar Jogja - 49 ribu pesantren se-Indonesia diharapkan mampu melakukan transformasi terhadap perkembangan dunia yang begitu cepat agar di masa depan tidak kehilangan fungsi sosialnya. Terdapat empat bidang atau kluster yang wajib ditransformasi oleh pengasuh pesantren.
Percepatan transformasi pesantren inilah yang menjadi pembahasan utama dalam ‘Konferensi Regional Pesantren Daerah Istimewa Yogyakarta; ‘Menguatkan Kemandirian dengan Adaptasi dan Inovasi’ yang berlangsung Minggu (10/8/2025).
Diselenggarakan tim Forum Percepatan Transformasi Pesantren (FPTP), konferensi yang dihadiri 300 perwakilan pesantren se-DIY adalah wujud kerjasama antara Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama bekerjasama dengan DPW PKB.
Ketua Tim FPTP Pusat, KH. Syaifullah Maksum menyebut ada dua tantangan besar yang dihadapi pesantren sekarang ini. Pertama secara internal yaitu adanya keterbatasan baik dari sisi kurikulum, infrastruktur, pengajar maupun sumber daya lainnya yang menjadikan pesantren tidak bisa melakukan transformasi.
“Kedua, tantangan eksternal yaitu pesatnya perkembangan teknologi yang belum bisa diikuti pengasuh pesantren sehingga menjadikan pesantren ini berada di belakang dan cenderung tidak inovatif. Padahal banyak pesantren yang maju dari banyak hal termasuk dalam pemberdayaan masyarakat di sekitarnya,” katanya.
Tak hanya itu, salah satu faktor pesantren harus segera melakukan transformasi adalah hanya lima persen saja lulusan pesantren yang menjadi ulama atau tokoh keagamaan. Sisanya tidak diketahui keberadaanya dalam lingkup sosialnya.
Syaifullah menyatakan dalam melakukan transformasi, ada empat kluster yang menjadi perhatian dan fokus dari pengelola. Pertama yaitu kluster tradisi, dimana pesantren tetap menjaga nilai-nilai tradisi baik seraya menambah dengan berbagai hal-hal baru yang memberi dampak kemajuan.
“Kedua, mengkonvergensi nilai-nilai agama dengan berbagai rumus-rumus yang diciptakan oleh pengetahuan baru. Saya kira 4,5 juta santri di Indonesia akan sangat mudah menghafal rumus-rumus baru, karena mereka sudah akrab dengan menghafal ayat suci serta hadits,” jelasnya.
Ketiga, transformasi soal kelembagaan dan regulasi pesantren yang sebenarnya sudah diatur dalam UU 18/2019 tentang Pesantren namun masih belum banyak daerah yang menerbitkan aturan tentang pesantren.
Syaifullah menegaskan agar UU 18/2019 tersebut dalam terimplementasikan di tiap daerah, maka pengurus pesantren diharapkan bersatu dengan menyingkirkan keegoisan dan perbedaan. Karena hal ini diperlukan untuk diendapkan terlebih dahulu untuk menjawab tantangan yang sangat berbeda dan tidak ringan.
“Keempat adalah mentransformasi pesantren agar mampu memberdayakan masyarakat sekitar khususnya secara ekonomi. Pesantren harus melakukan transformasi agar di masa depan ponpes yang merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia tidak kehilangan fungsi sosialnya,” paparnya.
Ketua pelaksana konferensi sekaligus Ketua FPTP Regional DIY, KH M Nilzam menyebut acara yang dihadiri 300 pengurus dan pengelola sekolah di lingkungan pesantren guna merumuskan langkah-langkah transformasi apa yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan perubahan zaman yang demikian cepat, agar tetap eksis dan berdaya.
“Di forum ini, para pimpinan pesantren dan lembaga pendidikan yang berada di bawahnya diajak untuk memikirkan perlunya melakukan transformasi digital agar sistem pendidikan pesantren tetap relevan dan mampu beradaptasi di era disrupsi teknologi," terang Nilzam.
Secara umum langkah transformasi yang nanti disusun baik untuk pemberdayaan umat maupun kurikulum pendidikan tidak akan menghilangkan tidak menghilangkan tradisi pesantren sebagai lembaga perjuangan dan dakwah.
Sekretaris FPTP Regional DIY Umaruddin Masdar mengatakan dengan kedalaman dan kelengkapan tradisi keilmuan dan budayanya, pesantren telah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk kemajuan masyarakat dan bangsa
“Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang masih eksis sampai saat ini. Hal ini menunjukkan pesantren memiliki daya tahan, daya adaptasi dan daya transformasi yang luar biasa dan nyata,” tutupnya. (Tio)