Yogyakarta, Kabar Jogja – DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta terus menyebarluaskan nilai-nilai kuat dari program ‘Sinau Pancasila’ lewat kunjungan sejarah dan budaya ke berbagai kota. Secara internal, program ini diharapkan mendapatkan dukungan penuh dari Pemda DIY lewat pendanaan APBD.
Program ‘Sinau Pancasila’ merupakan implikasi dari lahirnya Perda nomor 1 tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Melalui Perda ini, Pemda DIY menyelenggarakan berbagai kegiatan memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila serta wawasan kebangsaan di kalangan aparatur sipil negara.
Ketua Komisi A DPRD Yogyakarta, Eko Suwanto menyebut Sinau Pancasila Sinau Pancasila harus terus digelorakan untuk mendorong nilai-nilai diimplementasikan dalam kehidupan kebangsaan, enak dimulai dari belajar sejarah.
“Pemda DIY juga harus lebih serius melaksanakan Sinau Pancasila, baik secara formal, nonformal dan informal agar nasionalisme Indonesia semakin kokoh di tengah dinamika global saat ini dengan dukungan pendanaan dari APBD,” kata Eko dilansir Kamis (26/6).
Digagas sejak 2017, program Sinau Pancasila disebarkan lewat kunjungan ke berbagai kota yang memiliki keterkaitan sejarah yang penting tentang Presiden Soekarno yang merupakan peramu nilai-nilai falsafah bangsa.
Setelah Bekasi, tim kemudian berkunjung ke Denpasar untuk memperdalam dan memperkuat pembelajaran sejarah bangsa melalui diorama-diorama yang terpampang di Monumen Bajra Sandhi yang terletak di lapangan Niti Mandala Renon dan Museum Bali pada 23-25 Juni kemarin.
Program ini disebut Eko merupakan lanjutan dari sinau sejarah yang dilakukan ke Buleleng. Yaitu kunjungan ke rumah ibu Ida Ayu Rai Srimben, ibunda Bung Karno dan melihat SD tempat mengajar Sukemi ayah Soekarno, ke istana Tampak Siring.
“Penting bagi pemda DIY mengembangkan situs bersejarah dalam rangka sinau Pancasila seperti yang sudah ada di Bali. Leluhur Bung Karno ada di Bali, media punya peran strategis untuk tetap sinau Pancasila," kata Eko.
Tak hanya sinau sejarah, kunjungan ke Bajra Sandhi dan Museum Bali juga belajar tentang bagaimana kelestarian lingkungan menjadi prioritas upaya pembelajaran bagi penerus masa depan bangsa.
Menurut Eko, selain belajar tentang sejarah masa lalu, langkah Pemprov Bali terkait penggunaan plastik sehingga tidak mencemari lingkungan juga cerminan bagaimana masa depan bangsa ini harus terus diperjuangkan.
“Saya rasa, Bali adalah contoh tepat bagaimana seharusnya Pemda DIY mengambil kebijakan. Tak hanya menjaga sejarah untuk bisa tetap dipelajari, namun juga memberi pelajaran tentang masa depan dengan menjaga lingkungan,” ujarnya.
Anggota Komisi A lainnya, Akhid Nurjati menyatakan dari berkunjung ke Bali, ada pembelajaran bagaimana gali sejarah, rumusan bagaimana Indonesia merdeka didapatkan.
"Penampakan bangunan di museum perjuangan rakyat Bali, disimbolkan tangga 17, tiang nya ad 8, panorama ada 45 tergambar setiap penampakan bangunan. Ini ingatkan pentingnya terus pahami prosesi sejarah yang dilakukan oleh tokoh,'' ucapnya.
Wakil DPRD DIY Imam Taufik mengungkapkan, sejarah dan kebudayaan merupakan satu hal yang menarik dan sangat menginspirasi, terutama bagaimana perjuangan para pendahulu yang luar biasa, dan hal tersebut sudah seharusnya menjadi spirit bagi warga Indonesia, terutama warga DIY.
Imam menegaskan, Pemda DIY harus lebih serius dalam mengelola situs-situs atau peninggalan sejarah perjuangan sehingga dapat semakin menarik masyarakat terutama dapat menginspirasi generasi muda, agar tidak kehilangan ruh perjuangan dalam meraih kemerdekaan Indonesia. (Tio)