Bantul, Kabar Jogja – Kementerian Hukum dan HAM menetapkan desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul sebagai Kawasan Karya Cipta (KKC) bersama dengan Kraton Ngayogyakarta. Penetapan ini berdasarkan Keputusan Menteri Hukum Republik Indonesia Nomor M.HH-1.UM.04.02 Tahun 2025, Kamis (12/6) kemarin.
Kawasan Karya Cipta sendiri merupakan konsep pengakuan terhadap wilayah yang memiliki potensi kekayaan intelektual baik tradisional maupun kontemporer yang mampu memperkuat identitas budaya lokal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas.
Kepala Kantor Wilayah Kemenkum DIY, Agung Rektono Seto menyatakan penetapan Desa Wukirsari sebagai KKC menjadi langkah strategis membangun sinergi antara pelestarian budaya, inovasi lokal, dan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
“Sebuah prestasi membanggakan. Kami berharap ini dapat menjadi pemicu semangat bagi wilayah lain di Bantul dan sekitarnya untuk mengangkat potensi lokalnya,” lanjutnya.
Wukirsari sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan batik tulis tradisional dan memiliki kekayaan warisan budaya tatah sungging wayang. Penatapan KKC ini menjadi bukti bagaimana Wukirsari menghidupi tradisi leluhur dalam wujud karya-karya seni bernilai tinggi, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakatnya.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengapresiasi penghargaan Kemenkumham yang berselang tidak lama dari pengakuan Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (UNWTO) yang menetapkan Wukirsari sebagai satu dari 55 desa terbaik dunia.
“Penetapan status KKC ini menunjukkan Desa Wukirsari masih sangat potensial untuk pengembangan tradisi budaya berwujud karya cipta. Saya pikir tidak hanya di Wukirsari, banyak desa di Bantul yang memiliki tradisi karya cipta yang masih bertahan dan turun temurun,” katanya.
Kepala Desa Wukirsari Susilo Hapsoro menegaskan bangga dengan pencapaian yang didapatkan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2023, Desa Wukirsari mendapatkan rekor MURI sebagai desa dengan perajin batik terbanyak.
“Ternyata dengan mempertahankan dan terus melestarikan kebudayaan peninggalan leluhur, ternyata masyarakat kini memperoleh peningkatan ekonomi,” jelasnya.
Susilo menyebutkan saat ini tercatat terdapat 643 perajin batik yang tersebar di Dusun Giriloyo, Cengkehan dan Karang Kulon. Tak hanya batik, pemerintah desa juga tengah mendorong tercatatnya tatah sungging wayang dalam Indikasi Geografis (IG). Saat ini proses mendapatkan IG dalam status kelengkapan dokumen.
“Di Dusun Pucung, sentra tatah sungging wayang ada sebanyak 400 perajin yang masih mengandalkan ekonominya dari kerajinan ini,” tutup Susilo. (Set)