Bantul, Kabar Jogja – Kasi Humas Polres Bantul, AKP AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana pada Senin (19/5) menyatakan selain di Kecamatan Banguntapan. Perusakan makam juga terjadi di Kecamatan Sewon dan diperkirakan dilakukan pada waktu yang sama.
Sebelumnya, pada Minggu (18/5), polisi mendapatkan laporan perusakan 10 nisan makam di RT 10 Dusun Ngentak, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan. Kemudian pada malam harinya, dilaporkan tiga nisan makam di RT 01 Dusun Jaranan, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon juga mengalami kerusakkan.
“Kasus di Sewon merupakan tindak lanjut dari ahli waris terkait dengan viralnya kasus di Banguntapan. Semua nisan makam yang dirusak memiliki tanda berbentuk salib atau menandakan makam non muslim,” kata Jeffry.
Di Banguntapan, terdapat dua nisan makam yang dirusak terbuat dari keramik dan tujuh nisan makam lainnya terbuat dari kayu. Di Kecamatan Sewon, dari empat makam non muslim yang ada di area pemakaman. Satu makam dilaporkan terdapat kerusakkan, sedangkan dua makam lainnya, batu nisannya dirusak.
Dalam kasus ini, polisi telah memintai keterangan dari beberapa saksi yang mengetahui pertama kali kerusakan. Polisi juga memeriksa kamera pengawas yang terdapat di SMAN 1 Banguntapan.
“Kami meminta masyarakat untuk tak membuat asumsi mempercayakan kasus ini ke kepolisian,” tuturnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUP) Kecamatan Banguntapan, I Ketut Santosa menegaskan perusakan nisan tindakan kriminal dan meminta agar kepolisian segera menangkap pelakunya.
Kepala Desa Baturetno, Sarjoko mengatakan sebagai bentuk pertanggungjawaban oleh pengurus makam dan toleransi antar umat beragama, pihaknya akan melakukan perbaikan nisan-nisan makam yang dirusak.
“Kita akan terus berkomunikasi dengan ahli waris dari makam-makam yang dirusak. Sebagai antisipasi, kedepan kita akan memasang kamera pengawas di area makam,” tuturnya.
Jogja Police Watch (JPW) dan mendesak pihak Polres Bantul mengusut tuntas agar tidak berlarut-larut. Siapapun pelakunya harus diproses hukum. Kasus ini menambah daftar kasus serupa di wilayah DIY yang dikenal sebagai 'City of Tolerance'.
“Sangat disayangkan kasus perusakan makam terhadap makam salib kembali terjadi. jika dilihat dari kondisi perusakan makam, kecil kemungkinan pelakunya tunggal,” kata Kadiv Humas JPW, Baharuddin Kamba. (Set)