Bantul, Kabar Jogja – Berawal dari kecintaan terhadap bunga Anggrek, pasangan Andreas Seto Aji dan Sri Widyastuti memberanikan diri menggeluti usaha pengembangbiakan hingga menghasilkan omset Rp50 juta setiap bulannya. Ribuan jenis Anggrek berhasil dikembangbiakan dan diminati konsumen skala nasional.
Ditemui pada Selasa (27/5) di rumahnya di RT 62, Dusun Mriyan, Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Bantul. Pasangan Andreas-Widyastuti ini bercerita panjang lebar mengenai usaha yang diberi nama ‘Widy Orchid’.
“Saya memulai usaha pada 2018. Bermula dari belajar di Semarang, usaha ini terus berkembang dari pembelajaran melalui online dan mengikuti seminar yang diselenggarakan berbagai komunitas pecinta Anggrek,” kata Widyastuti.
Memilih pensiun dini dari PT Freeport, Widyastuti melihat usaha pengembang biakan Anggrek, selain karena kecintaannya yang sudah lama. Ia melihat bisnis ini belum banyak pesaingnya dan harga jual cenderung naik tidak pernah turun karena begitu banyak peminatnya.
Menurutnya, bisnis ini memerlukan modal besar karena harus siap mengembangkan ribuan jenis Anggrek dan itu membutuhkan lahan yang besar. Saat hampir seluruh pekarangannya digunakan sebagai tempat pembudidayaan Anggrek.
“Dari awal saya memang tidak menjadikan pinjaman sebagai modal. Akhirnya usaha ini menjadi besar dengan sendirinya,” lanjutnya.
Widy Orchid menurutnya tidak hanya menyediakan tanaman Anggrek yang sudah berbunga. Namun juga menyediakan bibit Anggrek yang tengah dalam penyemaian dan tanaman Anggrek yang tengah dibesarkan.
Di tempatnya saat ini, Widyastuti mengatakan ada ribuan jenis Anggrek yang sudah tercatat di komunitas yang dikembangkan. Untuk harga jualnya sendiri, dimulai dari harga Rp30 ribu sampai belasan jutaan rupiah. Tergantung dari kondisi tanaman dan tingkat kelangkaannya.
“Varietas Anggrek Capung Jawa yang sudah berbunga kemarin terjual Rp17 juta. Ini varietas langka yang tidak pernah disilangkan lagi dan berbunga rimbun setiap saat. Ini banyak diburu penggemar kelas berat,” terangnya.
Meski melayani pembelian langsung, Widyastuti mengaku pembeli secara online mulai Sabang sampai Papua mendominasi pesanan. Menjaga kepercayaan, calon konsumen biasanya melakukan panggilan video untuk memastikan detail Anggrek yang diminatinya.
Andreas Seto Adji mengatakan sebagai upaya meminimalisir munculnya serangan hama dari kemunculan rumput baik di ruang pembenihan, pembesaran, sampai Anggrek berbunga. Ia menutup lahannya dengan weedmat atau mulsa penutup tanah sebagai ganti paving blok.
“Setiap bagian juga menggunakan penutup atas atau paranet dengan serapan sinar matahari 55 persen. Khusus untuk bagian pembenihan, kami memasang jaring anti serangga dan plastic sebagai atapnya agar tidak kehujanan maupun terkena sinar matahari,” paparnya.
Dari tiga pengembangbiakan benih yaitu pembibitan langsung dari botol, pencangkokan dari batang (Split), maupun tunas dari batang (Keki). Paling banyak pengembangbiakan Anggrek dari pembibitan yang buka botol.
“Butuh waktu lama dari pembibitan sampai berbunga. Gambarannya dari ruang bibit ke ruang pembesar membutuhkan waktu enam bulan. Kemudian untuk bisa berbunga, biasanya paling lambat itu 2,5 tahun,” tutupnya.(Set)