Bantul, Kabar Jogja – Wakil Bupati Bantul Joko Purnomo mengakui tahun ini pihaknya sedikit kendor dalam upaya penanganan stunting. Sempat naik di akhir tahun lalu, di sepanjang 2023 ini penanganan stunting bisa dikatakan kendor.
“Prevalensi stunting di Bantul menyentuh angka 14,9, dibandingkan 2021 yang menyentuh angka 19,1. Tapi, pada 2023 ini agak kendor. Jadi ada permasalahan stunting pada balita mengalami sedikit kenaikan. Tapi, itu terus kami upayakan untuk ditekan,” katanya, Jumat (8/9).
Karenanya sebagai upaya massif penanggulangan dan menuju Bantul bebas stunting, Pemkab Bantul menyasar pelajar siswi sekolah tingkat menengah pertama dan atas sederajat.
Salah satu kegiatan adalah melibatkan pelajar siswi dari berbagai SMP dan SMA/SMK/MA di Kecamatan Pleret pada acara bertajuk ‘Remaja Bebas Anemia; Aksi Bergizi Cegah Stunting’, Jumat pagi.
“Upaya pencegahan stunting pada remaja putri dan ibu hamil di sangatlah penting. Pasalnya dengan pola hidup yang sehat agar angka stunting di terus menurun. Dampak negatif stunting penurunan kualitas SDM, masalah pendidikan, dampak produktivitas ekonomi, beban kesehatan dan lain sebagainya,” jelasnya.
Joko selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Bantul, yakin angkanya akan turun tahun ini. Di triwulan pertama 2023 ini dari pengukuran berat badan lebih dari 47 ribu balita ditemukan angka 6 persennya mengalami stunting.
"Harapan kita kalau angka temuan angka enam persen akan berlanjut hingga akhir tahun maka jumlah stunting di Bantul yang saat mencapai 14,9 persen bisa turun jauh,"ungkapnya.
Selain mendapatkan berbagai materi mengenai cara penanggulangan stunting. Pelajar siswi yang hadir mendapatkan asupan gizi dan diajak mengkonsumsi kapsul penambah darah bersama.
Kepala Puskesmas Pleret, Santoso, mengatakan pihaknya menjadikan pelajar putri sebagai sasaran program bebas stunting karena di masa depan merekalah yang akan melahirkan generasi penerus.
“Sehingga jika mereka mengalami anemia, maka berisiko melahirkan anak-anak yang berpotensi terkena stunting semakin besar,” katanya.
Karenanya penting sekali memberi wawasan dan kesadaran bahwa ibu hamil jangan sampai anemia karena beresiko melahirkan anak-anak stunting dan pencegahan dimulai sejak dini, sejak remaja.
Anemia sendiri adalah kondisi kekurangan sel darah merah. Anemia pada ibu hamil seringkali disebabkan oleh kurangnya zat besi. Padahal, zat besi adalah nutrisi penting untuk memproduksi sel darah merah.
Apabila hal ini dialami ibu hamil, maka akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin yang pada akhirnya berpotensi lahirnya anak stunting.
“Biasanya proses sosialisasi mengenai stunting kita lakukan di sekolah-sekolah. Namun kali ini kita kemas dalam acara menarik agar tidak bosan,” ujarnya. (Tio)