Bantul, Kabar Jogja – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie menyebut perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menjadikan seni dan budaya Indonesia sebagai alat diplomasi kelas dunia.
Menurutnya ada tiga hal penting yang harus dijalankan perguruan tinggi untuk menuju ke sana.
Hal ini disampaikan Wamen Stella saat menjadi pembicara kunci dalam ‘Seminar Nasional Dies Natalis ISI ke-41 Yogyakarta; Art&Diplomacy’ di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Selasa (8/7).
“Seni dan kebudayaan Indonesia dengan keragamannya menurut saya telah unggul dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun sayangnya saat ini belum menjadi alat diplomasi kelas atas seperti yang sudah dimiliki Jepang, Italia, Perancis, Inggris maupun China,” kata Stella.
Dalam penelitiannya, Stella menyatakan ada tiga hal yang menjadikan seni dan budaya Indonesia yang masih menghambat ke arah sana. Sehingga perlu dilakukan rekognisi mencangkup tiga hal.
Pertama yaitu melakukan restrukturisasi pada kehadiran teori suatu seni dan budaya sehingga bisa dipelajari, diperluas serta dikenal lebih luas. Dirinya mengambarkan bagaimana balet dan music klasik begitu dikenal sebagai produk budaya barat karena sudah berteorikan sehingga bisa dipelajari dengan mudah oleh bangsa lain.
“Tari Serimpi maupun banyak taria lainnya serta wayang sudah banyak dikenal oleh dunia. Namun sampai sekarang itu belum bisa mengenalkan Indonesia sebagai pusat kebudayaannya karena belum diteorikan,” paparnya.
Kedua adalah faktor sertifikasi bagi pelaku seninya. Sekarang ini banyak pelaku seni dan budaya yang belum mendapatkan pengakuan atas keahliannya dari suatu institusi resmi. Sertifikasi yang berupa ijazah ini menurut Stella penting karena akan menjadi token masuk dalam sistem perekonomian dunia sebagai pengakuan tertulis yang diakui.
Ketiga adalah kepercayaan diri dengan menjadi sebuah prioritas seni dan budaya bisa dipelajari. Sehingga hal ini selain akan memperluas cangkupannya juga menjadi alat utama untuk keberlangsungannya.
“Disinilah peran perguruan tinggi untuk menumbuhkan ketiga hal itu. Saya melihat ISI Yogyakarta dengan semangat Art&Diplomacy-nya akan mampu menjadi seni dan budaya kita memiliki keunggulan tertentu serta menjadi sebuah alat diplomasi kelas atas,” paparnya.
Stella memaparkan dengan kehadiran seni dan budaya yang lebih dikenal dunia, maka dampaknya adalah kehadiran peningkatan ekonomi yang memberi sumbangsih kepada negara.
Rektor ISI Yogyakarta, Irwandi memastikan dengan berbagai potensi yang dimiliki, kampusnya telah menetapkan milestone menuju kampus kelas dunia.
“Kita targetkan pada 2028 nanti ISI Yogyakarta akan menyandang status sebagai kampus kelas dunia di kawasan ASEAN. Kemudian pada 2038, kita targetkan masuk ke dalam jajaran kampus terbaik tingkat ASIA,” ucapnya.
Sebagai menuju ke sana, Irwandi menyatakan pihaknya akan menjadikan seni dan budaya sebagai faktor utama menguatkan konektivitas dengan kampus-kampus mitra di seluruh dunia dan berharap akan memberi dampak pada masyarakat. (Tio)