![]() |
Kerajinan Batok Kelapa Bantul, Menjadi Inspirasi Banyak Daerah |
Bantul, Kabar Jogja – Berawal dari niatan mengelola limbah batok yang banyak terbuang percuma, Yanti Batok Craft Jogja akhirnya berhasil membuktikan diri layak menjadi inspirasi banyak daerah. Selama 13 tahun terakhir, banyak daerah yang dikenal sebagai sentra kelapa mengundang untuk memberi pelatihan.
Didirikan pada 2002, Yanti Batok yang berada di RT 19, Dusun Juron, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Bantul merupakan usaha yang dirintis pasangan Akhyani dan Haryanti.
“Sebelum usaha ini, kami adalah produsen makan ringan yang system jualnya kami titipkan. Saat berkeliling ke banyak pasar, kami berpikir sayang sekali banyak batok kelapa yang terbuang sia-sia. Kami berpikir, apa yang bisa kita kerjakan dengan itu,” kata Haryati, Kamis (21/8).
Dari pencarian informasi, pasangan ini mendapatkan salah satu produsen kerajinan membutuhkan penyedia kancing berbahan batok kelapa untuk produknya. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, bermodalkan Rp1 juta, pasangan ini kemudian belajar otodidak dan memproduksi mesin pemotong batok sendiri.
Tak ingin mengandalkan pembuatan kancing batok sebagai inti usahanya, Akhyani dan Haryanti terus berkreasi menghadirkan produk kerajinan yang variatif. Saat ini usaha yang mempekerjakan sepuluh tenaga kerja yang berasal dari lingkungan sekitar menghasilkan banyak produk berbahan batok seperti alat makan, tas motif batok, taplak meja, kap lampu, tirai penutup pintu dan banyak lagi.
Akhyani menuturkan selain pemanfaatan limbah batok yang terbuang sia-sia, karena kebanyakan tidak utuh. Memanfaatkan limbah batok seperti menaikkan nilai jualnya, pasalnya harga satu kilogram limbah batok didapatkan seharga Rp3.000,-. Bahkan ada yang jauh lebih murah separuhnya, jika banyak pecahan-pecahan.
“Dalam prosesnya, seperti untuk tas, dompet dan taplak meja. Kami memanfaatkan kancing-kancing batok yang sudah kami potong dengan perhitungan matang mengenai titik lubang penyambungnya,” ujarnya.
Haryanti menyebut setelah menjadi berbagai bahan kerajinan, harga jual limbah batok meningkat pesat. Untuk alat makan saja yang terdiri dari cangkir, teko, sendok dan garpu dihargai antara Rp50-100 ribu. Sedangkan untuk tas dan dompet, bisa menembus harga Rp350-400 ribu per bijinya.
Ia mengatakan selain memenuhi permintaan banyak toko kerajinan di seluruh Indonesia, produk Yanti Batok Craft Jogja rutin diekspor ke beberapa negara seperti Jamaika, Perancis dan Turki.
Suami Haryati, Akhyani turut bangga karena dari usaha ini dirinya bisa berkeliling Indonesia karena diundang untuk memberikan pelatihan pemanfaatan limbah batok kelapa.
Dirinya pernah ke Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi yang dikenal sebagai sentranya produksi kelapa.
“Batok kelapa hanya dijadikan, sehingga nilai tambah ekonominya kecil. berbagi ilmu tidak akan menciptakan pesaing, namun membantu meningkatkan ekonomi mereka. Toh kreasi yang dihasilkan dari kami juga terus berkembang,” jelasnya. (Set)