Sleman, Kabar Jogja – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut masa depan nuklir Indonesia tidak lagi pada pengembangan reaktor, namun pada akselerator. Tak hanya untuk sumber energi, akselerator juga bisa dimanfaatkan untuk banyak bidang.
Deputi bidang Sumber Daya Manusia dan Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra menyatakan kebijakan ini diambil seiring akan lahirnya RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) yang mendasari implementasi transisi energi Indonesia menuju Net Zero Emission pada 2026, dengan pemanfaatan nuklir dalam sistem energi nasional.
“Pemanfaatan Iptek nuklir untuk bidang non energi juga semakin berkembang, antara lain pemanfaatan untuk kesehatan dan kedokteran, industri, dan analisis. Ini yang nanti kita kuatkan dalam berbagai riset nuklir, sehingga bisa menghasilkan produk,” katanya pada Rabu (11/9).
Teknologi Akselerator merupakan salah satu teknologi yang terus berkembang dan meningkat pemanfaatannya di berbagai bidang. Teknologi dapat digunakan melihat suatu benda didalam peninggalan bersejarah tanpa harus membuka atau merusaknya, atau juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan biofarmaka.
Beberapa manfaat lain aplikasi dari akselerator antara lain untuk bidang bio-medicine, lingkungan, termasuk warisan budaya atau cultural heritage di Indonesia.
Untuk menjawab tantangan dan kebutuhan di masa depan, BRIN melihat program studi yang dimiliki Poltek Nuklir yang berada di Yogyakarta dipandang belum sepenuhnya dapat menjawab kebutuhan spesifik vokasi ketenaganukliran.
Perlu diketahui, Poltek Nuklir saat ini memiliki tiga program studi yaitu Teknokimia Nuklir (TKN), Elektronika Instrumentasi (Elins), dan Elektromekanika (Elmek).
“Sehingga diperlukan transformasi body of knowledge (BoK) sebagai dasar pengembangan kurikulum dan program studi baru, termasuk peningkatan kapasitas dan kompetensi tenaga pendidik, maupun pengembangan infrastruktur pendidikan vokasi ketenaganukliran,” jelasnya.
Sebagai daya dukung pengembangan riset akselerator nuklir, BRIN menurut Edy tahun ini akan menghadirkan teknologi akselerator di gedung reaktor nuklir yang ada di Sleman.
Hari ini, Poltek Nuklir mewisuda 84 wisudawan program Sarjana Terapan yang terdiri dari 23 wisudawan Program Studi Teknokimia Nuklir. 31 wisudawan dari Program Studi Elektronika Instrumentasi dan 30 wisudawan darı Prodi Elektromekanika.
Pada periode kali ini Poltek Nuklir meluluskan 73 mahasiswa dengan pujian (cumlaude) yang terdiri dari 19 wisudawan Program Studi Teknokimia Nuklir. 25 wisudawan dari Program Studi Elektronika Instrumentasi dan 29 wisudawan dari Prodi Elektromekanika.
Untuk menjawab tantangan kedepan, Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arief menyebutkan salah satu upaya pengembangan dan perbaikan yang dilakukan ialah pada tahun ini Poltek Nuklir mendapat kepercayaan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sebagai Lembaga Pelatihan Ketenaganukliran (LPK) Sub Lingkup Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Industri Tingkat 1 dan Petugas Keahlian Radiografi Industri Tingkat I (OR).
“Kedepan Poltek Nuklir terus berupaya mendidik mahasiswa dengan kompetensi kenukliran dan berkomitmen meningkatkan nilai tambah sebagai bekal terjun di dunia kerja,” jelasnya.
Selain sertifikasi kompetensi, Poltek Nuklir juga terus mengembangkan spesifikasi di bidang ketenaganukliran melalui kurikulum. Mahasiswa diarahkan menguasai 6 body of knowledge, yaitu Teknologi Pembangkit Energi Nuklir, Teknologi Analisis Nuklir dan Radiasi (Elektromekanika), Teknologi Akselerator dan Radiasi, Teknologi Instrumentasi Medik Nuklir (Elektronika Instrumentasi), dan Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, Teknologi Proses Bahan Bakar (Teknokimia Nuklir). (Tio)