-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Terancam Digabung, Begini Upaya Warga dan Guru SDN Bongsren

    16/06/22, 17:51 WIB Last Updated 2022-06-16T10:51:44Z

    Bantul, Kabar Jogja – Dalam lima tahun terakhir, SDN Bongsren di Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak terus mengalami penurunan murid yang mendaftar. Meski Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang SD sudah ditutup, hanya ada enam pendaftar yang mengembalikan formulir pendaftaran.


    SDN Bongsren sempat menjadi masuk pemberitaan besar pada kurun waktu 2016 lalu saat salah satu gurunya melakukan tindak tak terpuji pada siswinya. Hal ini mencoreng citra sekolah dan dijauhi orang tua.


    Kepala SDN Bongsren Jumari mengakui citra negatif itu menjadi salah satu, namun bukan penyebab utama minimnya siswa baru yang mendaftar di sekolahnya setiap tahunnya. 


    “Sejak kasus itu kami terus melakukan pembenahan. Kami tidak tinggal diam dan sekarang  masyarakat sudah melupakan kasus ini. Minimnya pendaftar memang karena sedikitnya jumlah anak usia sekolah di dusun ini,” kata Jumari, Kamis (16/6).


    Karena minimnya jumlah siswa, tercatat hanya 38 anak yang duduk dari kelas satu sampai kelas enam. Dampaknya anggaran bagi sekolah melalui BOS dan BOSDA juga minim sehingga penambahan kegiatan maupun penambahan infrastruktur pendukung pembelajaran sulit dilakukan. 


    Mewakili delapan guru yang kesemuanya perempuan, Ana Prasetyo menyatakan banyak hal yang sudah dilakukan para guru untuk menarik minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SDN Bongsren. 


    Salah satunya adalah melakukan pembenahan lingkungan sekolah, dimana dua tahun yang lalu sekolah ini seperti tidak terawat karena tingginya rumput di halaman. Bahkan bersama warga, sekolah melakukan pengecatan pada seluruh bangunan agar terlihat bersih.


    Semua anggaran kegiatan pembenahan infrastruktur ini menurut Ana didapatkan guru usai menjual berbagai barang rongsokan yang dihargai Rp4,2 juta.


    “Kami para guru setiap tahun selalu mendatangi warga yang memiliki anak usia sekolah sambil membawa formulir pendaftaran. Namun tidak berdampak banyak. Bahkan dari delapan lulusan TK sebelah, hanya enam siswa yang mengembalikan formulir. Dua lainnya memilih ke sekolah lain,” kata Ana. 


    Dari sisi kualitas, Ana mengatakan para guru menghadirkan berbagai program pendukung pembelajaran seperti les gratis maupun pengajaran literasi melalui berbagai bahan bacaan yang dipinjam guru. Sekolah ini belum memiliki perpustakaan. 


    Hasilnya, dua tahun terakhir di tingkat kecamatan SDN Bongsren mampu masuk sepuluh besar dalam tes matematika dan IPA dari 27 SD di Pandak. 


    Meski minim peminat, namun warga Dusun Bongsreng kukuh meminta SDN Bongsreng ini dipertahankan dan tidak dilakukan penggabungan dengan sekolah lain. Untuk lebih menarik minat, mantan dukuh memberikan sumbangan Rp100 ribu bagi pendaftar baru di sekolah ini.


    “SD ini kan aset (Pedukuhan), saya punya prinsip jangan sampai aset kita itu terlantar," katan mantan  Dukuh Bongsreng periode 1994-2014, Kertorejo.


    Kepala Disdikpora Bantul Isdarmoko mengakui kasus kurangnya peserta didik ini tidak hanya di Bongsreng saja. Di Kecamatan Dlingo, Sedayu dan beberapa kecamatan lainnya banyak sekolah negeri yang kekurangan jumlah murid yang standarnya per rombongan belajar 28 orang. 


    “Namun jika ada minimal masih ada 20 per rombel, kita tetap terima. Sehingga untuk sekolah-sekolah ini kita mengambil kebijakan khusus tetap boleh menerima siswa meskipun pendaftaran ditutup,” katanya.


    Khusus SDN Bongsreng, dari verifikasi yang dilakukan jajarannya, sebenarnya upaya penggabungan pernah diwacanakan. Namun karena adanya permintaan warga agar SDN Bongsreng dipertahankan, maka dibiarkan tetap beroperasi. 


    Namun Disdikpora sebut Isdarmoko meminta komitmen dari masyarakat untuk bersama-sama menghidupkan sekolah tersebut dengan cara menambah jumlah siswa baru setiap tahunnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close