Bantul, Kabar Jogja - Novel Mendung Tanpo Udan karya Fairuzul Mumtaz resmi diluncurkan di Gedung The Ratan, Panggungharjo, Sewon, Bantul, pada Jumat (18/02/2022) sore.
Tak hanya itu, malamnya juga digelar konser musik teaterikal sebagai tanda peluncuran album Mendung Tanpo Udan karya Kukuh Prasetya Kudamai yang terdapat di dalam buku tersebut.
Fairuz, panggilan akrab penulis novel tersebut menyatakan, tak ada kendala dalam menulis sepanjang 226 halaman yang diadaptasi dari serial lagu Mendung Tanpo Udan tersebut. Fairuz pun membeberkan prosesnya.
“Penyamaan persepsi yang mungkin agak lama. Bertemu beberapa kali dan berdiskusi panjang dengan Kukuh. Setelah itu beberapa riset kecil saya lakukan,” kata Fairuz ketika ditanya oleh Alit Jabang Bayi selaku moderator tentang proses awal penulisan novelnya.
Meski demikian, Fairuz mengungkapkan tak langsung menuliskannya. Ia memilih mengendapkan lebih dulu dan kemudian menulis secara maraton. Di rumah, di kantor, di kafe, ia fokus menulis novel tersebut. Genap satu bulan, draf novel itu selesai.
“Sebelumnya, saya memberikan outline atau gambaran garis besarnya sebagai bahan diskusi dengan Kukuh dan Mas Popo selaku manajer. Tetapi itu berubah ketika mulai ditulis. Tidak seperti gambaran awal karena ada berbagai temuan dan pertimbangan. Tapi tentu saja tidak melenceng dari gambaran awal,” jelas Fairuz.
Diskusi berlanjut ketika draf telah selesai. Dalam beberapa malam, Fairuz mengaku intens dengan Kukuh untuk membaca draf tersebut bersama hingga dianggap final.
Sebelumnya, Fairuz telah mendikusikannya dengan editor Tikah Kumala untuk mendapatkan beberapa masukan.
“Makanya, saya lebih menyebut karya ini sebagai karya kolaboratif meski saya yang menulisnya. Di satu sisi berangkat dari serial lagunya Kukuh, lalu saya mentransformasikannya ke dalam bentuk prosa, tetapi di sisi lain, kami mengoreksinya bersama-sama,” terang Fairuz.
Sementara itu, pencipta lagu Mendung Tanpo Udan mempercayakan sepenuhnya pengerjakan novel kepada Fairuz. Bagi Kukuh, ketika karyanya diinterpretasi ke dalam berbagai bentuk seni, itu membuktikan karyanya diterima di masyarakat.
“Saya kira itu satu bukti bahwa karya ini bisa diterima oleh masyakarat. Dari lagu aslinya, kemudian dicover dan dinyanyikan di banyak tempat itu membuktikan penerimaan masyarakat. Lalu ketika muncul bentuk lainnya, yaitu novel, ini tidak hanya sebuah interpretasi, tetapi juga apresiasi. Karya saya diapresiasi ke dalam bentuk novel, dan malam ini akan dipresentasikan dalam bentuk teatrikal. Semoga bermanfaat,” harap Kukuh.
Selain itu, dalam buku novel Mendung Tanpo Udan juga terdapat original album yang berisi 6 lagu. Lima di antaranya yang telah dipublikasikan, yaitu “Mendung Tanpo Udan”, “Udan tanpo Mendung”, “Mendung Ketemu Udan”, “Mendung Udan Terus Terang” dan “Udane Ora Roto”.
Lagu terakhir diluncurkan pada Hari Valentine tahun ini. Sementara lagu keenam diperdengarkan malam ini atau untuk sementara bisa didengarkan dengan membeli albumnya.
“Ini cari yang asyik membuat album, tidak hanya bentuk fisiknya, tetapi juga ada kisah-kisah di dalamnya yang bercerita tentang Udan dan Mendung. Bisa disimak secara bersamaan, membaca dan mendengarkan,” ujar Kukuh sambil terkekeh.
Sementara untuk konsernya, Kukuh menggandeng Wijil Rachmadhani sebagai lawan main yang juga memainkan peran Mendung di semua video klipnya.
Selain itu, gitar dipegang Afif, cello dimainkan Jati, drum digebuk Bobi, terompet oleh Ade, dan di keyboard ada Rafael. Sementara Nabila dan Elen berada di backing vocal.
Menurut Ari Prabowo selaku manajer Kukuh Prasetya Kudamai, gelaran sore hingga malam tersebut digarap dengan serius dan merupakan bagian yang telah direncanakan dari awal.
“Karya serial Mendung Tanpo Udan ini sangat lentur atau fleksibel. Bisa digarap dalam berbagai bentuk seni dan sastra. Berawal dari musik, lalu novel, dan akan kami akhiri di layar lebar. Tentu saja tidak mudah menciptakan karya yang seperti ini dan apalagi mudah diterima oleh masyarakat,” ujar pria yang kerap disapa Popo saat ditemui di sela-sela acara.
Popo juga mengatakan bahwa meski tema Mendung dan Udan telah ditutup dengan novel ini, namun karya-karya berikutnya akan labih menyegarkan lagi.
Acara yang terbatas tersebut dihadiri oleh banyak kalangan. Tampak terlihat beberapa penulis, musisi, seniman, hingga tokoh masyarakat, tokoh agama, dan politisi.
Di antaranya adalah Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dan penulis Muhidin M. Dahlan yang turut mengapresiasi dan memberikan testimoni. (rls)