-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Jogja Hari Ini
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Bahaya Beras Oplosan, Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

    23/07/25, 17:09 WIB Last Updated 2025-07-23T10:09:47Z


    Yogyakarta, Kabar Jogja - Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Sri Raharjo menjelaskan mengkonsumsi beras oplosan secara berlebihan dapat memicu kanker, bahkan berpotensi merusak organ vital seperti hati dan ginjal. Pasalnya beras oplosan mengandung banyak bahan kimia di dalamnya.  


    “Fenomena dijualnya beras oplosan di pasaran, menunjukkan lemahnya pengawasan distribusi pangan, terutama di tingkat produsen dan pasar tradisional,” katanya dilansir Rabu (23/7).


    Dalam pembuatannya, Raharjo memaparkan pembuat beras oplosan biasanya memasukkan beberapa bahan kimia antara lain klorin atau pemutih, pewangi buatan, hingga parafin atau plastik.


    Zat-zat berfungsi menyamarkan kualitas beras yang sebenarnya rendah sehingga tampak lebih putih dan menarik. Praktek ini dilakukan dengan motif komersial semata tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan konsumen.


    “Klorin misalnya, digunakan untuk menghilangkan warna kusam, tapi zat ini bersifat karsinogenik dan sangat berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka panjang,” jelas Raharjo.


    Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM menyebut paparan berkepanjangan terhadap zat-zat tersebut jelas berisiko memicu kanker, bahkan berpotensi merusak organ vital seperti hati dan ginjal. Konsumsi rutin dalam jangka panjang memungkinkan akumulasi senyawa kimia dalam tubuh yang akan memperberat kerja sistem detoksifikasi organ.


    Sri Raharjo mengingatkan senyawa seperti hipoklorit dapat membentuk trihalometan yang diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik oleh International Agency for Research on Cancer(IARC).


    “Pewarna sintetis seperti Rhodamin B juga dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal ginjal jika terakumulasi dalam tubuh,” tegasnya.


    Konsumsi beras oplosan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan serius. Tidak hanya risiko gangguan organ, beberapa zat kimia juga bersifat toksik dan bisa memicu peradangan sistemik dalam tubuh.


    Dirinya kemudian memberikan beberapa tips membedakan beras alami dan beras oplosan melalui pengujian sederhana di rumah. Pertama, soal ciri fisik beras sangat penting agar konsumen tidak tertipu oleh tampilan luar yang tampak premium. Ciri-ciri fisik seperti warna yang terlalu putih, aroma kimia, atau hasil tes air dan api dapat menjadi indikasi awal.


    “Kedua, kalau beras direndam air lalu mengambang atau air berubah warna, atau saat dibakar mengeluarkan bau plastik, maka patut dicurigai mengandung bahan berbahaya,” katanya.


     Sayangnya, proses mencuci atau memasak beras tidak sepenuhnya efektif untuk menghilangkan kontaminan berbahaya. Banyak masyarakat masih beranggapan bahwa mencuci atau menanak beras dapat menghilangkan semua zat beracun yang terkandung di dalamnya.


    Hanya sebagian kecil zat kimia yang larut air yang bisa berkurang melalui pencucian, dan beberapa senyawa seperti formalin tetap bertahan meski dipanaskan pada suhu tinggi.


    “Pencucian mungkin mengurangi pewarna, tapi residu plastik atau klorin tetap tertinggal dan tidak terurai saat dimasak,” tutup Raharjo. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close