Sleman, Kabar Jogja - Empat penulis buku dari kalangan generasi Z menganggap sosok dua tokoh bangsa KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Romo YB . Mangunwijaya sebagai orang-orang yang mampu menumbuhkan optimisme membangun negeri. Mewakili generasi Z, para penulis ini menyuarakan kegelisahan sekaligus harapan bagi masa depan Indonesia.
Kegelisahaan mereka terangkum dalam buku ‘Mencari Indonesia, Menuai Kegelisahan Gus Dur & Romo Mangun’. Peluncuran buku ini menjadi rangkaian perayaan ulang tahun ke-16 PT. Pohon Cahaya.
Dalam peluncuran dan bedah buku yang berlangsung di di Kompleks PT Pohon Cahaya, ketiga penulis hadir langsung dalam diskusi yang diikuti 150 peserta yang mayoritas dari generasi muda lintas agama.
Ketiga penulis yang hadir yaitu Najma Alya Jasmine dan Fifi Maulida dari Jaringan Gusdurian, serta Frater Merry Christian dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta.
Editor buku, Rm. Martinus Joko Lelono, Pr menyatakan para narasumber mengangkat realitas sosial yang mereka hadapi sebagai generasi muda.
“Pertama, soal ketimpangan kesempatan kerja di Indonesia. Mereka menyoroti bahwa kecakapan dan kepandaian sering kali tidak cukup jika tidak memiliki ‘orang dalam’, khususnya di sektor pemerintahan,” katanya dilansir pada Minggu (25/5).
Fenomena ‘orang dalam’ ini menurut mereka, menumbuhkan pesimisme dalam membangun karir di negeri sendiri.
Kedua, mereka menyoroti rendahnya tingkat literasi di Indonesia yang berdampak pada dangkalnya wacana dalam gerakan anak muda. Minimnya fondasi pengetahuan membuat banyak aspirasi tidak berbobot dan mudah terombang-ambing arus.
“Semua penulis menyampaikan kekaguman dan harapan melalui teladan dua tokoh bangsa: KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Romo YB. Mangunwijaya. Kedua sosok tersebut dinilai sebagai pribadi yang tidak lelah mencintai Indonesia, melampaui kepentingan pribadi dan golongan. Semangat pengabdian mereka menjadi inspirasi untuk terus berjuang demi kebaikan bangsa,” tuturnya.
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin yang turut menjadi pembicara menyampaikan apa yang ditulis oleh penulis muda ini sebagai wujud kegelisahan anak muda merupakan sesuatu yang wajar, tetapi harus dikanalisasi agar tidak terjebak dalam pesimisme.
“Dalam diri Romo Mangun dan Gus Dur, kita melihat sosok yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, sehingga mampu memperjuangkan Indonesia dengan cara masing-masing. Mereka menemukan dan memperjuangkan Indonesia yang sama, meski berasal dari agama yang berbeda,” ujar Lukman.
General Manager PT. Pohon Cahaya, Sasongko Iswandaru menjelaskan penerbitan buku ini bertujuan mewariskan semangat dan kegelisahan Gus Dur dan Romo Mangun kepada generasi saat ini dan yang akan datang.
“Di tengah berbagai tantangan, kami berkomitmen terus menghadirkan literasi berkualitas untuk Indonesia yang lebih baik,” ungkapnya.
Buku ‘Mencari Indonesia, Menuai Kegelisahan Gus Dur & Romo Mangun’ diharapkan menjadi ruang kontemplatif bagi pembaca untuk terus mencari, mencintai, dan memperjuangkan Indonesia, sebuah rumah besar bagi semua. (Set)