-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Sebanyak 120 Film Kebudayaan Telah Peroleh Pembiayaan Danais

    26/04/24, 20:29 WIB Last Updated 2024-04-26T13:29:58Z

    Yogyakarta, Kabar Jogja – Dinas Kebudayaan (Disbud) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan dalam beberapa tahun terakhir pihaknya telah membantu terproduksinya 120 film yang bertema lokalitas dan kebudayaan.


    Film-film ini merupakan pemenang dalam kompetisi pendanaan yang menjadi agenda rutin tahunan dan berhak mendapatkan fasilitas anggaran dari Dana Keistimewaan (Danais) sebesar Rp200 juta.


    Tahun ini, sebanyak lima film pemenang kompetisi pendanaan pada 2023 lalu diputar terbatas saat gala premiere di ruang bioskop di Kota Yogyakarta, Jumat (26/4) siang.


    Kepala Disbud DIY, Lakshmi Pratiwi menyatakan pendanaan pembuatan film ini menjadi komitmen pihaknya untuk pengembangan dan memajukan para sineas muda sehingga mampu membentuk ekosistem perfilman Yogyakarta yang berdampak pada peningkatan ekonomi elemen-elemen di dalamnya.


    “Sejak beberapa tahun lalu, sebanyak 150 film telah mendapatkan pendanaan dan tahun ini ada lima proposal yang didanai hingga produksi dan hasilnya sebentar lagi kita tonton bersama,” jelasnya.


    Lima film berjudul ‘Bakmi Kangen Rasa’, ‘Mancing Mayit’, ‘Lampahing Cakra’, ‘Dolanan Kota’, dan ‘Suintrah’, merupakan pemenang dari puluhan proposal yang telah dikurasi dan disupervisi.


    “Dua film yaitu ‘Lampahing Cakra’ dan  ‘Dolanan Kota’ merupakan dokumenter. Sedangkan ketiga lainnya adalah film fiksi,” lanjut Lakshmi.


    Pendanaan Danais selama ini menurutnya masih menjadi daya tarik utama kompetisi tahunan ini. Sehingga muncul banyak sineas muda yang mampu mengkreatifitaskan dan berinovasi terhadap berbagai tema kebudayaan serta lokalitas yang disyaratkan.


    Tantangan inilah yang kemudian memunculkan kesadaran dan perhatian teman-teman sineas muda Yogyakarta untuk lebih mengangkat kearifan lokal maupun kebudayaan sehingga semakin berkembang.


    “Tantangan yang kita berikan, khususnya tematik-tematik kebudayaan menjadi sesuatu yang update dan menarik. Kemudian ditampilkan dalam sesuatu yang yang mungkin belum pernah ada. Untungnya kebudayaan temanya luas, hingga mampu memberi lebih ruang kreatif,” lanjutnya.


     Seperti tahun-tahun sebelumnya, lima film yang diputar perdana terbatas ini selama setahun kedepan tidak diperbolehkan untuk diputar umum. Pasalnya film-film ini akan diikutkan dalam berbagai festival film.


    Setelah setahun berlalu, barulah masyarakat bisa memperoleh izin pemutaran film lewat Divisi Seni Disbud dan Tim Pengembangan Film DIY.


    Mewakili tim produksi, sutradara ‘Dolanan Kota’, Yohanes Aditya Sanjaya menyebut film dokumenter yang berkisah tentang perajin dan penjual dolanan tradisional di kawasan Malioboro.


    “Kami melihat, di tengah meredupnya pasar peminat dolanan tradisional di kawasan pinggiran Yogyakarta. Mereka menjadikan Malioboro sebagai area pasar utama namun keberadaan mereka harus kucing-kucingan dengan petugas penertiban,” terangnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close