-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kesehatan Mental Generasi Z Akibat Dampak Medsos Harus Lebih Diperhatikan

    05/01/24, 13:46 WIB Last Updated 2024-01-05T06:46:37Z

    Yogyakarta, Kabar Jogja - Media sosial dan Gen Z bagaikan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sayangnya, jika tidak digunakan secara bijak, informasi pada media sosial bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental generasi Z.


    “Apa yang terlihat di media sosial sering kali menjadi standar dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Padahal, apa yang terlihat di media sosial tak jarang hanyalah sisi baik dari satu hal saja”, kata Prima Sari pemerhati masalah sosial, ekonomi, dan kesehatan kepada wartawan, Jumat (5/1).


    Calon legislatif DPR-RI dari Partai Demokrat Dapil ini DIY mengatakan salah satu dampak media sosial pada remaja yaitu stres karena mereka tidak bisa mengikuti ‘standar’ orang lain.


    Ini membuat risiko masalah kesehatan mental lebih tinggi pada generasi Z. Karenanya penting menyaring informasi yang beredar di internet. Bagi orangtua, apalagi dengan anak-anak di bawah umur, hendaknya memberikan pendampingan kepada anak saat menggunakan internet.


    “Bekali anak dengan mengajarkannya cara menggunakan internet dengan bijak serta bermain media sosial dengan aman. Media sosial sering kali juga digunakan sebagai tempat curhat untuk menyalurkan emosi negatif,” jelasnya.


    Sayangnya, hal ini sering kali menjadi bumerang bagi kesehatan mental generasi Z. Apa yang ditampilkan pada media sosial tidak lepas dari berbagai konsekuensinya. Maka dari itu, semua orang perlu sangat berhati-hati dalam berkomentar, posting, maupun berbagi informasi di dunia maya.


    Jika menghadapi suatu permasalahan, pertimbangkan kembali sebelum Anda membagikan segala sesuatu ke media sosial. Akan lebih baik jika mencari penyebab utama dari masalah yang sedang dihadapi dan berusaha memperbaikinya dari sana ketimbang berkeluh kesah atau curhat pada media sosial”, imbuh Prima Sari.


    Adanya fenomena peningkatan kasus gangguan jiwa pada remaja dan penanganan permasalahan mengenai kesehatan mental remaja belum efektif dan tidak merata dipahami oleh semua kalangan. Hal ini tentu menjadi masalah yang penting dan berdampak terhadap perkembangan psikologis remaja di Yogyakarta. Adanya peningkatan gangguan mental berkaitan dengan adanya ketidak inginan remaja untuk mencari bantuan profesional dan tersebarnya informasi yang tidak relevan mengenai kesehatan mental dari yang bukan ahlinya.


    Prima Sari ungkapkan permasalahan sosial dan kurangnya dukungan sosial rentan memicu depresi pada remaja, terutama ketika tidak adanya penerimaan diri dan lingkungan. Munculnya konflik internal dalam diri juga dapat memicu remaja untuk mengalihkan masalah dengan menggunakan zat sedatif, hingga memunculkan komorbiditas depresi.


    Peran lingkungan terhadap kesehatan mental berbanding terbalik dengan kasus-kasus yang ada. Masih adanya penolakan terhadap gangguan jiwa menjadi salah satu penyebab terjadi stigma negatif pada remaja yang memiliki gangguan kejiwaan,” ungkap Prima.


    Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan jiwa oleh remaja dan orang disekitarnya menunjukkan mereka belum memiliki bekal yang cukup mengenai masalah kejiwaan.


    Padahal Remaja dapat menjadi agen perubahan terhadap stigma negatif yang berkembang mengenai kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami kesehatan mental dengan dimulai dari dirinya sendiri.


    “Remaja merupakan usia yang paling tepat untuk memberikan edukasi, baik pada usia di bawahnya maupun pada orang dewasa, terutama lingkungan keluarga,” jelasnya.


    Sehingga dengan perbedaan pemahaman dalam penggunaan media digital, dimana pada orang dewasa yang jarang menggunakan teknologi menjadi masalah tersendiri dalam edukasi literasi kesehatan mental.


    “Hal ini dikarenakan usia remaja dianggap usia paling efektif dalam memulai edukasi berbasis media. Remaja juga dapat saling mempengaruhi remaja lainnya secara positif dalam hal pemahaman dan kebiasaan terhadap suatu tren,” pungkasnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close