Bantul, Kabar Jogja – Di ulang tahunnya ke-55, SMKN I Bantul meluncurkan rumah produksi bersama yang nantinya akan menjadi ruang praktek anak didiknya bernama K-Tuba.
Berorientasi pada bidang digital printing, K-Tuba akan menjadi area pembelajaran langsung siswa dengan dunia kerja.
Ditemui pada Rabu (25/1), Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMKN I Bantul Samilah menceritakan rumah produksi bersama K-Tuba ini resmi dibuka pada minggu lalu.
Keberadaan gedung dan peralatan produksi K-Tuba ini didapatkan dari pendanaan dari pihak swasta dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
“Sebagai sekolah yang masuk kategori Pusat Keunggulan sejak 2021, kami menjadikan kompetensi keahlian Desain Komunikasi Visual (DKV) sebagai program unggulan untuk mendapatkan pendanaan,” jelas Samilah.
Dua tahun lalu, pada 2021, SMKN I Bantul mendapatkan dana bantuan dari Kemendikbud Ristek yang diperuntukan untuk pembangunan gedung dan laboratorium kompetensi keahlian DKV.
Lantas tahun lalu, melalui berbagai proposal pendanaan yang diajukan ke pihak swasta, SMKN I Bantul mendapatkan program bantuan dari Time Excelindo senilai Rp1,9 miliar yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan gedung K-Tuba dan pelatihan bagi siswa untuk meningkatkan kualitas SDM.
“Karena mendapatkan dana dari swasta, maka pemerintah melakukan ‘pemadanan’ dengan menyalurkan biaya yang sama besarnya namun dalam bentuk pembelian empat mesin digital printing beserta sarananya,” katanya.
Kehadiran K-Tuba yang berkonsep adalah teaching factory akan melibatkan seluruh anak didik dari semua kompetensi keahlian untuk terlibat didalamnya.
Di unit produksi, siswa-siswi program DKV memegang peran dominan dalam menjalankan unit. Namun seluruh program kerja akan didukung oleh siswa-siswi akuntansi, manajemen kantor, bisnis pemasaran, teknik jaringan komputer dan rekayasa perangkat lunak.
Samilah yang juga merupakan Ketua Pusat Keunggulan SMKN I Bantul menjelaskan pihaknya pada semester genap ini mulai menyusun pembagian siswa-siswa untuk pembelajaran praktek dan pembelajaran adaptif normatif.
"Kita memiliki 48 rombongan belajar. Dua minggu penuh, separuh rombel akan melakukan praktik di rumah produksi dan sisanya mengikuti pembelajaran adaptif normatif di kelas seperti mendapatkan materi Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan lain-lain. Di dua minggunya kami gilir. Begitu sampai akhir semester," katanya.
Kedepan, K-Tuba Digital Printing ini tidak hanya menjadi ruang praktik, namun juga sudah mendapatkan ijin dikembangkan sebagai unit ekonomi di sekolahan.
Kepala SMKN I Bantul Mujari mengatakan, bisnis digital printing ini dirikan sepenuhnya melalui analisis bisnis mendalam. Menurutnya di Bantul saat ini belum ada digital printing yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Sebagai sekolah unggulan, SMKN 1 Bantul dituntut untuk memiliki inovasi sebagai SMK Percontohan," tegasnya.
Sebelum mendapatkan bantuan peralatan digital printing dari Kemendikbud Ristek, pihaknya sejak tahun lalu telah mengembangkan program penguatan, penyelarasan dan kemitraan dengan dunia usaha dan industri. (Tio)