-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Generasi Milenial Perlu Dilakukan Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan

    20/09/20, 12:38 WIB Last Updated 2020-09-20T05:38:28Z


    Bantul, Kabar Jogja - Generasi milenial dan generasi bangsa berikutnya sangat penting untuk memiliki nilai-nilai kebangsaan. Supaya bangsa Indonesia ke depan dapat mengatasi berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. 


    MPR RI dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Cholid Mahmud mengatakan, berbagai tantangan maupun hambatan itu seperti berbagai manuver asing di perairan wilayah yurisdiksi nasional, munculnya berbagai konflik terkait isu SARA, degradasi moral, dan lain-lain. 


    "Hal ini juga untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih maju, lebih percaya diri, dan searah dengan cita-cita dan tujuan nasional yang telah digariskan oleh para pendiri Negara ini," katanya dalam acara Sosialisasi Tata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Tahap Ketiga, Tahun Program 2020 di Goeboek Resto, Banguntapan, Bantul, Minggu (20/9). 


    Cholid mengatakan, MPR RI menggelar Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan melalui Sosialisasi Tata Kehidupan Berbangsa dan Bernegara: Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika ini diharapkan dapat memupuk rasa, paham, dan semangat kebangsaan masyarakat untuk menjadi manusia berkarakter ke-bangsa Indonesia-an yang kuat. 


    Pemantapan nilai-nilai kebangsaan ini bertujuan untuk mentransformasikan, menumbuhkan, dan melestarikan nilai-nilai kebangsaan kepada setiap komponen bangsa yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila, UUD NRI 1945, dan NKRI, dan  Bhinneka Tunggal Ika. 


    "Diharapkan nilai-nilai empat konsensus dasar kebangsaan tersebut dapat tercermin di dalam pemikiran, sikap dan perilaku setiap Warga Negara Indonesia,” ucap Cholid. 


    Dalam acara tersebut dihadiri pula oleh tokoh pemuda dan pemuka masyarakat dari berbagai pelosok Kabupaten Bantul. Dalam acara ini, juga tampak narasumber H.M. Wajdi Rahman, S.I.P.,M.A.P., alumni Program Pendidikan Lemhanas, PPRA LX, Tahun 2020.


    H.M. Wajdi Rahman dalam presentasinya, menguraikan perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari bagi sebuah bangsa karena perubahan adalah kebutuhan untuk proses kemajuan. Perubahan selalu membawa peluang, ancaman dan dampak yang tidak bisa dihindari  juga. 


    Termasuk dalam hal ini era industry 4.0. Di Era revolusi industri 4.0 merupakan perubahan dimana untuk memproduksi suatu barang, mengintregasikan antara teknologi cyber dan teknologi otomatisasi. 


    "Dampak era revolusi industri 4.0 adalah dalam penerapannya tidak lagi memberdayakan tenaga kerja manusia, sebab semuanya sudah menerapkan konsep otomatisasi," katanya. 


    Menurutnya, untuk merespon perkembangan ini setiap negara harus bersaing mengembangkan kualitas kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kecerdasan manusia. Oleh karena itu persaingan antar Negara dewasa ini menuju persaingan yang disebut Brain to Brain Competition (Persaingan kecerdasan secara Global). 


    Mengabaikan realitas persaingan ini maka bisa jadi Indonesia akan terpinggirkan dalam pentas kompetisi global dan akan dipandang rendah oleh bangsa yang lain. Oleh karena itu menurut Wajdi diperlukan pengembangan kecerdasan masyarakat yang kontributif terhadap proses peningkatan wawasan kebangsaan.


    Wajdi memberi penjelasan bahwa keluarga merupakan sarana pertama untuk  mengembangkan nilai-nilai kecerdasan yang berdasar agama, etika, dan moral bangsa. 


    "Persoalannya stimulasi dan fasilitasi kecerdasan sering salah arah yakni penanaman nilai diarahkan hanya untuk mengejar status dan materi sehingga banyak anak–anak bangsa suksesnya hanya diukur dari akumulasi harta dan  tahta  semata," katanya.


    Wajdi berkata, kekayaan bangsa Indonesia yang memiliki ragam suku, budaya, bahasa, etnis, golongan dan agama merupakan kekuatan positif yang dapat mendukung pembangunan bangsa. Namun disisi lain, juga mengandung potensi konflik, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat mengancam kelangsungan dan tetap tegak utuhnya NKRI kita ke depan. 


    Tantangan berikutnya menurut Wajdi, bagaimana merangkai keberlanjutan fikrah Bangsa: pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku Bangsa Indonesia berdasarkan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari empat konsensus dasar berbangsa dan bernegara sebagai pijakan dalam merumuskan kebijakan nasional baik di bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan keamanan. 


    "Perkembangan lingkungan strategis global, regional dan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era industri 4.0 dan era society 5.0. Kemudian, merebaknya budaya, pengaruh, serta kepentingan asing ke dalam kehidupan bermasyarakat dan bahkan dinamika bernegara kita menambah tantangan berat bagi Indonesia ke depan," ucapnya.(dho)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close