![]() |
Berhasil Mandiri Kelola Sampah, RT 05 Bakal Jadi Rujukan Bantul |
Bantul, Kabar Jogja – Berawal dari kesepakatan warga yang keberatan dengan naiknya iuran sampah bulanan, Perumahan Pringgading di RT 05, Dusun Kembangputihan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan berhasil kelola sampah mandiri dari rumah tangga.
Warga secara sadar sudah melakukan pemilahan sampah dari rumah, dan memberikan hasil positif pada lingkungan tanpa melibatkan kehadiran penuh pemerintah.
Dimulai sejak 2021 lalu, konsep tata kelola sampah mandiri dari rumah ini dimulai dengan inisiator Taufik Hermawan yang sekarang menjadi ketua RT-nya. Diceritakan, dulu banyak warga yang tidak ingin adanya kenaikan retribusi sampah yang diambil orang lain.
“Saat itu penarikan sampah dua kali seminggu setiap bulannya dikenakan biaya Rp25-30 ribu. Banyak warga yang keberatan dan hanya ingin iuran sampah tidak sampai lebih dari Rp10 ribu,” kata Wawan, panggilan akrab Taufik saat menerima kunjungan Wabup Bantul, Aris Suharyanta, Kamis (4/9).
Melalui musyawarah, disepakati pengelolaan sampah akan dilakukan mandiri dengan syarat setiap rumah tangga harus memisahkan sampah organik dan non organiknya. Menurut Wawan pemilahan ini menjadi pondasi penting dalam langkah penanganan sampah berkelanjutan di tempatnya.
Kesepakatan ini menurut Wawan menjadi solusi, selain karena keberatan biaya juga keterbatasan lahan yang bisa digunakan untuk menampung sampah. Dulu, bekerjasama dengan Pemkab Bantul, sampah diambil sekali sepekan dan ini menimbulkan polusi lingkungan.
Dibimbing Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bantul dan kampus-kampus seperti Universitas Ahmad Dahlan serta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sosialisasi tentang pemilahan serta cara pengelolaannya ditempuh maraton selama hampir dua tahun.
“Sampah organic kami kumpulkan di area publik untuk dijadikan kompos untuk yang diperuntukan untuk kebun sayur ‘Rukun’. Sampah anorganik kami kumpulkan untuk dipilah, sedangkan residu kami setor ke TPSR Guwosari,” lanjut Wawan.
Dengan biaya iuran tetap Rp10 ribu per bulan, warga yang sudah memilah sampah dari rumah diminta langsung mengantar ke dua lokasi tersebut untuk kemudian diolah.
Wawan menyebut sebenarnya ada beberapa warga yang keberatan dengan proses tersebut, namun lambat laun dengan hasil dan dampak nyata yang diberikan pada lingkungan. Seluruh warga akhirnya turut berkontribusi.
Kepala Desa Guwosari, Masduki Rahmad menyatakan apa yang sudah dilakukan warga RT 05 merupakan perwujudan nyata dari konsep pemilahan sampah yang sudah dirumuskan unit pengelolaan sampah desa.
“Kami mengkonsepkan sampah terbagi dalam ‘Rosok, Bosok, Popok dan Godok Tok. Popok merupakan istilah bagi sampah residu yang disetorkan ke TPSR Guwosari, sedangkan tiga lainnya dikelola warga,” katanya.
Sebagai bentuk apresiasi kepada warga RT 05, desa selain memberikan harga murah untuk pengambilan sampah residu juga menjadikan kawasan ini percontohan bagi 79 RT lainnya di Guwosari.
Wabup Aris Suharyanta memuji sekaligus mengapresiasi apa yang sudah dilakukan di tengah permasalahan penanganan sampah di Bantul yang mencapai produksi hingga 100 ton per hari.
“Ini belum bisa kita tanggani semua karena keterbatasan beberapa TPST yang sudah kita bangun. Dimana saat ini hanya bisa menangani 59 ton sampah perhari,” katanya.
Keberhasilan pemilahan sampah dari rumah tangga menurut Aris menjadi bekal bagi kawasan RT 05 untuk dijadikan percontohan bagi kawasan lainnya, terutama lingkungan-lingkungan yang berada di zona aglomerasi atau berdekatan dengan Kota Yogyakarta.
Langkah ini menjadi solusi di tengah minimnya keterbatasan lahan dan mampu mereduksi timbunan polusi muncul dari keberadaan sampah yang tidak dikelola.
Aris berjanji program yang dilakukan warga Perum Pringgading akan dibicarakan dengan Bupati Abdul Halim Muslih supaya bisa diterapkan di banyak lokasi. (Set)