-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Cerita Nugroho Jadi Pengrajin Sepeda Dorong Dadakan di Masa Pandemi

    09/10/20, 16:46 WIB Last Updated 2020-10-09T09:46:32Z


    Bantul, Kabar Jogja – Nugroho Sigit Riyadi tidak bakal menyangka, kerajinan sepeda dorong (push bike) berbahan kayu jati Belanda yang diiseng dibuat untuk anaknya Abil di April lalu menarik perhatian tetangga.  Kerajinan yang dibuat saat perusahaannya terdampak Covid-19, menjadi sumber pendapatan utama sekarang.


    “Karena dampak Corona, perusahaan kerajinan perak di Kota Gede memutuskan mengilir jam kerja karyawannya. Waktu luang di rumah saya gunakan untuk membuatkan Abil mainan. Kebetulan saya suka membuat kerajinan berbahan kayu,” katanya Jumat (9/10).


    Ditemui di rumah sekaligus ruang kerjanya di RT 7 Dusun Mangisan, Desa Baturetno, Banguntapan, Bantul. Nugroho berniat membuatkan sepeda dorong berbahan kayu. Sempat belajar via video Youtube, namun Ia tidak puas karena materi yang disampaikan kurang.


    Berbekal sepeda dorong pinjaman dari kenalan. Nugroho lantas bekreasi dan memodifikasi. Hasilnya mainan buat Abil selesai dan menarik perhatian tetangganya, dari sanalah pesanan mulai masuk.


    Sepeda dorong buatan Nugroho menggunakan dua bahan utama yaitu multiplek setebal 1,8 Cm dan kayu jati Belanda. Untuk multiplek ukuran 120 x 240 Cm bisa menjadi tiga sepeda ukuran besar (panjang 90 cm dan tinggi 50 cm) dan empat sepeda kecil (78 x 40 cm).


    “Sedangkan kayu jati Belanda berkuruan 120 x 10 cm, dibutuhkan dua kayu untuk satu sepeda baik ukuran besar maupun kecil. Dalam sehari, rata-rata saya bisa membuat 70 sepeda,’ jelasnya.


    Ditambah sepasang roda mati seharga Rp80 ribu, Nugroho mengatakan untuk satu sepeda dirinya membutuhkan modal sebesar Rp140-160 ribu.


    Harga jual sepeda menurut Nugroho berbeda sesuai bahannya. Berbahan multiplek, untuk besar dijual Rp280 ribu dan kecil Rp230 ribu. Sedangkan yang berbahan kayu jati Belanda, ukuran besar Rp350 ribu dan kecil Rp300 ribu.


    “Dari tetangga yang membeli, saya dan istri memutuskan menerjuni bisnis ini serta memasarkan melalui internet. Alhamdulilah, banyak pesanan yang sudah masuk terutama dari Kalimantan dan Sulawesi,” jelasnya.


    Sempat ada pesanan dari Malaysia, namun Nugroho belum bisa memenuhi karena ongkos pengiriman lebih mahal dibandingkan dengan harga jual produknya. Sejak produksi  mulai April sampai sekarang sudah terjual 70 buah.


    Soal tahan lamanya produk, Nugroho mengaku sepeda dorong kayu buatnya mampu bertahan lama asalkan tidak sering terkena air.(tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close