Bantul, Kabar Jogja – Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saras Adyatma bertekad semakin memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat lewat penerapan satu aplikasi Saras Adyatma Elektronik Sistem Terpadu atau SAESTU. Ini merupakan sistem informasi rumah sakit yang terpadu dan terintegrasi.
Aplikasi SAESTU merupakan inovasi dari Direktur RSUD Saras Adyatma, Tri Wahyuni dan diluncurkan bersama dengan berbagai inovasi saat kick off imunisasi Japanese Encephalitis (JE) oleh Bupati Abdul Halim Muslih.
Dipaparkan, kehadiran SAESTU merupakan pemecahan isu strategi prioritas di RSUD Saras Adyatma yaitu tentang implementasi sistem informasi rumah sakit yang belum optimal.
“Banyaknya aplikasi atau sistem informasi yang tidak terintegrasi menjadikan pekerjaan tersegmentasi, data dan informasi seringkali tidak sinkron antar unit. Ini mempengaruhi kinerja dan kualitas pelayanan,” katanya dalam rilis Rabu (25/9).
Melalui SAESTU manajemen menyediakan sistem informasi rumah sakit yang terpadu dan sepenuhnya akan mengintegrasikan berbagai macam pelayanan online. Aplikasi ini akan merangkum berbagai pelayanan seperti pendaftaran online, anjungan pendaftaran mandiri, rekam medis elektronik, aplikasi billing dan kasir, elektronik klaim BPJS, dan clinical pathway digital.
Tak hanya itu, aplikasi ini juga akan menampilkan tentang pengelolaan jasa pelayanan, pengelolaan persediaan obat dan bahan medis, dashboard kinerja RS, serta integrasi dengan layanan data Disdukcapil pada penerbitan akte kelahiran dan kematian.
“Kehadiran aplikasi ini secara umum bagi pemerintah merupakan perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Bagi masyarakat pasien dilayani dengan lebih cepat dan professional,” jelasnya.
Kedepan aplikasi SAESTU akan menyediakan berbagai data primer dan sekunder berkualitas yang dapat digunakan dalam pendidikan, penelitian dan pelatihan, serta publikasi lainnya.
Tri menyebut aplikasi yang dirancang ini akan menghadirkan penghematan penggunaan uang negara mulai dari sistem paperless rekam medis, resiko belanja obat dan BMHP yang tidak tepat dikarenakan data yang tidak akurat, dan risiko overtreatment dan overcost, melalui digital clinical pathway hingga Rp200 juta lebih per tahun.
Bupati Abdul Halim Muslih saat peluncuran pada 3 September lalu menyatakan kehadiran inovasi menjadi kunci dalam mensukseskan pembangunan. Inovasi dapat menghadirkan solusi untuk berbagai masalah, beragam tantangan yang ada serta dengan inovasi pula untuk mengoptimalkan peluang emas yang ada.
“Sehingga akan menjadi akselerator terwujudnya masyarakat Bantul yang harmonis, sejahtera dan berkeadilan,” tutupnya. (Tio)