-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Seniman Disabilitas ‘Jumangkah ‘ Menjadi Bagian Seni Rupa Indonesia

    13/05/24, 16:44 WIB Last Updated 2024-05-13T09:44:45Z

    Yogyakarta, Kabar Jogja – Pameran Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) 2024, mendedikasikan sebagai ajang pameran kedua bagi para seniman penyandang disabilitas menapaki jalan bersama-sama bergerak menjadi bagian seni rupa Indonesia.


    ‘Jumangkah’ tema pameran menjadi langkah awal seniman disabilitas menjadi bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia.  


    Pameran SSAF yang digelar mulai 14-22 Mei di Taman Budaya Yogyakarta, merupakan rangkaian pameran yang sebelumnya digelar pertama kali pada tahun lalu dengan tema ‘Gegandengan’.

    Sebanyak 100 karya seni dari 60 seniman yang berasal Jawa maupun luar jawab dikuratori Kepala Galeri RJ. Katamsi ISI Yogyakarta Nano Warsono, Ketua Program Studi Doktor Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM Budi Irawanto dan Ketua Jogja Disability Art (JDA) Sukri Budi Dharma.


    “Jumangkah  atau jangkah dalam  bahasa Jawa melangkah atau mulai mengerjakan. Lewat pameran ini seniman melangkah dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan kemampuan diri,” jelas Budi dalam jumpa pers Senin (13/5).


    Jangka sendiri diartikan mencapai cita-cita. Setelah para SSAF 2023 bertema Gegandengan’  dimaknai, dengan kebersamaan akan memunculkan kesadaran bersama berupa cita-cita.


    Melalui Jumangkah, para seniman difabel melangkah dan bergerak bersama mencapai cita-cita menjadi bagian dari seni rupa Indonesia. Bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia.


    “Jika pada SSAF pertama lalu kita melibatkan seniman lokal. Tahun ini kita memperluas dengan melibatkan seniman dari 11 provinsi yang ada di luar Jawa. Kami ingin memberi ruang yang lebih luas kepada seniman difabel untuk memamerkan karyanya,” ungkapannya.


    Dosen ISI Yogyakarta, Nano Warsono menyebut SSAF 2024 kedepan akan menjadi peta jalan bagaimana menyediakan ruang besar pameran yang didalamnya menampung gagasan besar seniman difabel mempresentasikan karyanya.


    “Ini menjadi bukti teman seniman disabilitas sebagai sesama manusia mampu berkarya seni. Terlebih mengingat minimnya kesempatan bagi mereka terlibat dalam event pameran di tataran lokal, apalagi nasional,” ungkapnya.


    Sementara Budi Irawanto dari UGM menyatakan karya yang sebagian besar lukisan ini merupakan bagian dari perjuangan membangun kepercayaan diri untuk meluahkan emosi.


    “Ini yang selama ini diingkari banyak pihak serta menemukan 'suara' sendiri yang kerap dibungkam oleh kondisi yang mengitarinya,” ucapnya.


    Kepala TBY Yogyakarta, Purwiati menyatakan pihaknya mendukung terselenggaranya SSAF 2024, sebagai bentuk dukungan dan pemajuan potensi-potensi disabilitas.


    “Kami ingin memaknai pameran ini sebagai ajakan bagi penyandang disabilitas untuk menggapai tujuan bersama: terwujudnya kesetaraan lewat medan kesenian. Jagat seni tak mengagungkan hirarki, mengekalkan batas, dan mengingkari liyan,” terangnya.


    Taman Budaya Yogyakarta juga ini memastikan bahwa seluruh ruang yang tersedia menjadi ruang inklusi bagi seniman difabel untuk memamerkan karyanya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close