Bantul, Kabar Jogja – Berlangsung mulai Selasa (30/4) sampai Sabtu (4/5), Festival Klangenan di Pasar Seni Gabusan (PSG) menjadi wadah insan UMKM Bantul untuk lebih berdaya guna. Tidak menargetkan omzet perolehan, Festival Klangenan disebut sebagai upaya pelestarian kebudayaan tak benda.
Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul, Husin Bahri mengatakan ada sebanyak 55 stan yang terdiri dari 47 stan kuliner tradisional dan 8 stan kerajinan yang dipamerkan.
“Spirit yang kita usung di gelaran kedua tahun ini adalah memperkuat UMKM dan industri kreatif yang ada di Bantul. Ajang ini juga sebagai upaya pewarisan kebudayaan tak benda kepada generasi berikutnya,” katanya, Selasa siang.
Dipilihnya berbagai kuliner tradisional serta kerajinan antic yang memiliki aspek seni tinggi ini dalam Festival Klangenan bertujuan untuk terus mengingatkan bahwa Bantul kaya akan aneka ragam berbagai usaha kecil yang penuh kreatifitas.
“Peserta yang mendaftar tidak sebanyak tahun lalu, karena mereka sudah paham tentang produk apa yang seharusnya dijual, seperti pedagang sotong bakar tidak mendaftar. Tahun ini ada sebanyak 63 yang mendaftar, tahun lalu sekitar 100-an,” terangnya.
Husin mengatakan pihaknya melalui Festival Klangenan ini berupaya menggerakkan industri kreatif maupun kuliner tradisional untuk lebih berdaya guna dan memberikan manfaat dengan menyediakan wadah promosi agar meningkatkan aktivitas ekonomi.
Selama lima hari kedepan, Festival Klangenan buka mulai pukul 13.00 sampai 22.00 WIB.
Dalam sambutannya, Bupati Abdul Halim Muslih memaparkan Festival Klangenan dilaksanakan atas dasar dan inisiatif nguri-uri atau melestarikan kebudayaan adiluhung baik kuliner maupun kerajinan.
"Kita ingin anak-anak kita, cucu cucu kita juga masih menyukai kuliner jajanan tradisional yang merupakan warisan budaya ini, agar terus dilestarikan, karena nyatanya juga enak, sehat penuh dengan gizi," katanya.
Halim menyatakan Festival Klangenan di Pasar Seni Gabusan ini menunjukkan Bantul setia dengan masa lalu, tidak mudah melupakan kenangan masa lalu terutama budaya yang diwariskan. (Tio)
