-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Berburu Gula Jawa Madu di Desa Triwidadi Pajangan

    25/07/23, 16:00 WIB Last Updated 2023-07-25T09:00:52Z

    Bantul, Kabar Jogja – Desa Triwidadi Kecamatan Pajangan Bantul sudah lama dikenal sebagai sentra produksi gula jawa dari nira (legen) kelapa sejak lama. Pekerjaan yang diwariskan turun-temurun ini tengah menghadapi krisis regenerasi dalam tenaga produksinya.


    Tersebar di enam pedukuhan, sekarang ini tercatat ada tiga kelompok perajin gula jawa di Desa Triwidadi yang dihitung keseluruhan berjumlah 120-an orang perajin dan pengambil lira (penderes). Beberapa tahun sebelumnya, jumlahnya mencapai 300-400 orang.


    Pendamping UMKM Desa Triwidadi Irwan Supriyadi mengatakan meski mengalami krisis regenerasi karena minimnya anak muda yang mau terjun usaha gula jawa. Namun para perajin tetap mempertahankan memproduksi karena gula jawa yang dihasilkan berbeda di daerah lain.


    “Keunggulan gula jawa yang dihasilkan di enam pedukuhan ini adalah lira yang menjadi bahan bakunya lebih manis dibanding di tempat lain. Kami menyebutnya lira yang mengandung madu,’ katanya Selasa (25/7).


    Lira yang dihasilkan ini berbeda dengan pohon kelapa yang ditanam di pinggiran Kali Progo atau kawasan pesisir. Dimana liranya cenderung berwarna putih dan jernih. Tapi lira di Dusun Triwidadi ini lebih berwarna putih agak kekuningan.


    Bahkan saat baru diambil dari pohon, masih terdapat lebah-lebah madu kecil yang terendam di dalamnya.


    “Terlebih lagi di Dukuh Butuh Kidul dan Butuh Lor, tingkat kemanisannya berbeda dengan lainnya. Sehingga ketika dijadikan gula jawa, maka kami menyebutnya gula jawa madu,” jelasnya.


    Karena memiliki tingkat kemanisan yang berbeda dari lainnya, apalagi dibuat murni tanpa campuran gula putih. Harga jualnya lebih mahal. Jika di pasaran harga gula jawa mencapai Rp18-20 ribu per kg.


    Untuk gula jawa madu produksi Triwidadi, harganya bisa menembus Rp25-30 ribu per kg.


    “Pasar masih terbuka luas, karena permintaan ada terus dari pedagang-pedagang di berbagai pasar besar di Yogyakarta. Namun minimnya orang yang mau menjadi penderes membuat usaha tradisional bertambah redup hidupnya,’ kata Irwan.


    Salah satu faktornya minimnya generasi muda menjadi penderes adalah faktor keselamatan kerja dimana mereka harus memanjat belasan pohon kelapa dengan tinggi belasan meter setiap hari.


    Irwan menyatakan sempat ada upaya melakukan regenerasi pohon kelapa produksi dengan varietas Kelapa Genjah Entog yang tingginya maksimal 2-3 meter. Namun karena jenis tanahnya beda, varietas asli Kebumen ini tidak tumbuh maksimal.


    Karenanya untuk meningkatkan nilai ekonomi gula jawa yang diproduksi. Para anggota kelompok mendiversifikasi produk dengan menjadi gula semut, gula jahe maupun produk jadi berupa dodol.


    Secara umum, Irwan mengatakan jika dikalkulasikan setiap hari hasil produksi dari seluruh perajin gula jawa di Triwidadi mencapai 25 ton setiap harinya.


    Ketua Kelompok Tani ‘Ngudi Mulyo’ Dusun Butuh Kidul, Rajiman mengungkapkan selain minimnya penderes. Kendala lainnya adalah hilangnya asupan air maupun zat hara bagi pohon kelapa karena kalah dengan keberadaan pohon lainnya.


    “Cerita bapak saya, saat muda dulunya di sini hanya ada pohon kelapa. Cukup dari empat pohon sudah bisa mendapatkan nira atau legen sebanyak tujuh liter. Sekarang dari empat pohon hanya dapat 1-2 liter sudah bagus,” katanya.


    Dari para anggota yang berjumlah 30-an orang, Rajiman menyebut kelompoknya bisa memperoleh gula jawa sudah jadi sebanyak 5 kg dari satu orang. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close