Yogyakarta, Kabar Jogja - 40 tahun menunggu, akhirnya impian warga Dusun Keparakan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo akan hadirnya sebuah jembatan akhirnya terwujud tahun ini.
Kehadiran Dirlantas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Kombes Alfian Nurrizal menjadi sosok yang mewujudkan impian mereka.
"Sejak awal mendapatkan informasi keluhan warga saya cek langsung ke lapangan. Saya prihatin warga setiap hari, termasuk anak-anak sekolah harus menyebrang melewati sungai," jelas Kombes Alfian memulai pembicaraan di kantornya, Jumat (30/3).
Meski ada jembatan, namun jarak tempuh, khususnya bagi anak-anak sekolah dirasa sangat jauh. Total jarak yang ditempuh pulang pergi mencapai 16 Km.
Untuk membuktikan ancaman bahaya saat melintas sungai. Kombes Alfian mencoba menyebrang dengan mengendong salah satu anak sekolah.
"Selain deras, sungai tersebut penuh batu-batu besar. Bayangkan jika mereka terseret arus, berapa bahayanya," ucapnya.
Bahkan kondisi yang menjadikan niatan Kombes Alfian membulat ketika melihat kondisi masyarakat di sana yang menjaga toleransi. Kehadiran jembatan ini membuat masyarakat baik yang muslim maupun non muslim lebih dekat beribadah.
"Di sana masjid dan gereja berdiri berdekatan dalam radius 300 meter. Warga di sana sangat sangat toleran menjaga keharmonisan antar umat beragama," ucapnya.
Dibangun mulai 22 Januari lalu, Kombes Alfian menjanjikan ke masyarakat jembatan ini akan selesai dibahun sebelum pelaksanaan shalat tarawih pertama ramadhan tahun ini.
Akhirnya pada 22 Maret, jembatan sepanjang 18 meter dan selebar 2,4 meter selesai dibangun. Jembatan ini bisa dimanfaatkan warga beberapa dusun yaitu Parakan, Kutogiri, Talunombo, Secang hingga Padukuhan Mancetan.
Bahkan keberadaan tiga jembatan ini mampu menghubungkan warga dari tiga kecamatan yaitu Pengasih, Nanggulan dan Girimulyo.
Dalam pengerjaannya, Kombes Alfian bercerita selain menyediakan material pembangunan. Dirinya juga menjalin kerjasama dengan arsitektur dan teknik sipil untuk mendesain serta mengawal pembangunan.
"Sedangkan untuk pengerjaan, sepenuhnya dikerjakan warga. Bahkan sebelum dikerjakan saya meminta adanya perbaikan jalan melalui dana desa dan ini disetujui aparatur desa maupun kecamatan," ujar ayah empat anak ini.
Bagi perwira angkatan 1997 kelahiran Sumenep, terwujudnya jembatan ini merupakan realisasi dari program penciptaan role model sosok polisi yang humanis.
"Polisi jangan melakukan pendekatan hukum saja melainkan juga pendekatan yang lebih kepada pengayoman, perlindungan dan pelayanan," kata Dirlantas yang menjabat di Yogyakarta Oktober kemarin.
Baginya sosok kepemimpinan di kepolisian adalah pemimpin yang selalu siap melayani dan bersedia melayami masyarakat dan memberikan manfaat yang positif.
Saat ditanya berapa besar biaya yang dikeluarkan membangun jembatan tersebut, Kombes Alfian enggan menjawab.
Baginya, seluruh biaya yang dikeluarkan merupakan pemberian dari Allah dan tida usah dipamerkan karena bersifat riya.
"Saya itu selalu menerapkan hidup sederhana dan mengutamakan kemanusiaan yang saya dapatkan dari keluarga. Karena inilah pesan yang terus saya pegang dari orang tua," ujarnya.
Selain membangun jembatan, Kombes Alfian juga memprakarsai pembangunan sebuah masjid di Kabupaten Gunungkidul.
"Kepemimpinan yang melayani adalah ketika saya sebagai pemimpin bersedia melayani masyarakat dan menghasilkan nilai manfaat yang positif," tutup Kombes Alfian d akhir wawancara.
Dirinya hanya berharap dengan kehadiran jembatan tersebut memberikan manfaat masyarakat Desa iSdomulyo yang telah lama, hampir 40 tahun, mencita-citakan adanya jembatan ini. (Tio)