Yogyakarta, Kabar Jogja - Kemajuan teknologi informatika (TI) yang terus berkembang, terlebih massif dikala pandemic ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga terampil digital. Indonesia sendiri, hingga 2030 diperkirakan membutuhkan 17 juta tenaga terampil digital.
“Namun sayangnya, saat ini setiap tahun ketersediaan tenaga terampil digital yang siap pakai Indonesia hanya berkisar angka 600 ribu tenaga kerja. Kita ketinggalan jauh,” kata Indonesia VP Marketing Practicum Putra Nasution, Jumat (19/8).
Hal ini disampaikan Putra dalam talkshow bertema ‘Strategi Memulai Karir Di Dunia IT Dengan Potensi Gaji 2 Digit Dalam Satu Tahun Bersama Praticum’ yang dilaksanakan di Café Silol. Putra menjadi pembicara utama dengan Co-Founder & CMO Tukoni dan Botika, Eri Kuncoro.
Kondisi yang dihadapi oleh Indonesia dalam pemenuhan tenaga terampil digital ini kiranya juga mendapatkan tantangan besar saat ini. Dimana World Economic Forum di beberapa negara jeles menyebutkan pekerjaan yang paling diminati di 2021 semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh.
“Bahkan saat ini paradigma 84% pengusaha telah berencana untuk memperluas kerja jarak jauh. Ini menandakan kebutuhan tenaga kerja di sektor IT bakal terus meningkat hingga 2025,” ucapnya.
Tahun ini saja, kebutuhan tenaga terampil teknologi digital secara nasional, mengutip laporan Kementerian Ketenagakerjaan baru mencapai 1 juta orang. Di 2025 nanti akan bertambah hingga 1,97 juta orang.
Karena itu, beragam program pendidikan ditawarkan untuk mencetak profesional di bidang digital, seperti data scientist, data analyst, dan fullstack engineer.
"Profesi-profesi ini banyak diminati oleh para fresh graduate di seluruh dunia yang tertarik pada bidang teknologi dan ingin bertumbuh serta bekerja di lingkungan yang modern dan ingin meningkatkan keahlian mereka," kata Putra.
Program-program pendidikan digital itu juga menarik minat para pekerja profesional di tingkat global yang ingin memahami pentingnya literasi data di bidang teknologi.
Menurut Putra, sekitar 5.000 lulusan di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa memajukan karir mereka di bidang digital dan data atas bantuan Practicum dalam dua tahun ini. Sejumlah lulusan lembaga ini juga diklaim berkarir di perusahaan teknologi ternama dunia, seperti Google, Apple, Spotify, Microsoft, Tesla, Cisco, dan Nielsen.
"Hampir 80 persen alumni kami telah langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus tanpa pendidikan teknis dan 70,4 persen alumni berhasil mendapatkan pekerjaan tanpa memiliki pengalaman di bidang IT sebelumnya," kata dia.
Para talenta digital itu dipastikan memiliki standar internasional dengan metode praktik menggunakan data secara nyata dan berasal dari studi kasus perusahaan global.
Tahun ini, Practicum kembali menjadi salah satu program bootcamp terbaik di dunia dalam The Best 41 Online Bootcamps menurut CourseReport.com.
Di Indonesia, Practicum telah bekerjasama dengan beberapa perusahaan seperti GoTo dan Flip dan menjajaki kolaborasi dengan beberapa bank dan kementerian.
“Practicum Indonesia dibuat khusus bagi masyarakat Indonesia dan kami telah khusus membuat program dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan siapa saja yang tertarik untuk meningkatkan kemampuan, serta membantu memotivasi pengalihan karir ke bidang teknologi," paparnya.
Eri Kuncoro menyebut tingginya permintaan tenaga terampil digital ini karena hadirnya transformasi atau perubahan kebiasaan manusia pada teknologi digital yang berorientasi masa depan.
“Pandemi telah menghadirkan digitalisasi di masyarakat, sekarang semuanya berlomba-lomba menguasai masa depan,” jelasnya.
Sebagai gambarannya, dalam delapan tahun kedepan kehadiran teknologi kendaraan tanpa pengemudi akan menghadirkan nilai ekonomi sebesar 60 Miliar USD. Kemudian pengiriman barang dengan Drone bernilai 2 Miliar USD, dan pengindetifikasian data melalui mata bernilai 5 Miliar USD. (Tio)