Yogyakarta, Kabar Jogja – Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyharto menilai seringnya terjadi tawuran yang melibatkan banyak kelompok di banyak wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebabkan faktor ekonomi.
Menindak lanjuti kasus kerusuhan di Babarsari, Depok, Sleman yang memakan korban dan perusakkan kendaraan, Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto meminta pelaku dihukum.
“Yogyakarta sesungguhnya kota yang kuat sebagai melting pot atau multicultural society. Cuma problemnya di ekonominya tidak inklusif,"ujarnya di Fisipol UGM, Rabu (6/7).
Kehidupan ekonomi eksklusif menjadikan pekerjaan rumah bagi banyak pihak. Idealnya, ekonomi di DIY mengikuti arus kebudayaan sebab sudah menerima perbedaan suku dan adat.
Derajad mengungkap dengan ekonomi DIY yang belum inklusif berdampak menjadikan pertumbuhan kota sedikit bermasalah. Pertumbuhan kota, dalam pandangannya, tidak berpijak pada culture yang ada di masyarakat.
“Justru yang kita lihat ekonomi di Yogyakarta kan sepertinya merespons perkembangan kota besar, padahal kalau kota-kota besar kan kehidupan ekonominya cenderung eksklusif," ungkapnya.
Karenanya, menurut Derajad, pengelolaan ekonomi di DIY seharusnya pengelolaannya harus disepakati secara bersama. Semisal tempat-tempat hiburan, mestinya harus diikuti adanya ketentuan yang ditaati atau dijunjung tinggi sehingga jika kemudian terjadi konflik ada yang menjadi penengah.
“Bisnis yang dikelola di DIY sebisanya tidak mengikuti perkembangan masyarakat atau kesepakatan-kesepakatan yang ada di masyarakat. Sebagai kota pelajar mestinya tidak harus seperti kota-kota besar,” paparnya.
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan setiap pelaku tindakan dan aksi melanggar hukum harus mendapatkan tindakan penegakan hukum apapun motif dan modusnya.
“Semoga situasi pasca bentrokan bisa kembali berdamai, mari pulihkan situasi keamanan DIY, agar tetap nyaman dan aman. Inisiatif damai, penyelesaian konflik yang terjadi penting bagi langkah memulihkan rasa aman bagi semua,” katanya.
“Ke depan akar masalah konflik bisa selesai. Tak ada lagi bentrokan yang merugikan semuanya. Karena DIY itu tujuan wisata dan belajar,” tutupnya. (Tio)