-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Disrupsi Teknologi Menjadikan Hal Lama Tidak Relevan

    07/07/22, 19:15 WIB Last Updated 2022-07-07T12:15:43Z


    Sleman, Kabar Jogja – Mantan Dubes Indonesia untuk Qatar periode 2003-2007, Abdul Wahid Maktub melihat disrupsi teknologi yang begitu pesat menjadikan banyak hal-hal lama menjadi tidak lagi relevan. Memasuki era baru, individu harus melakukan perubahan dan pembaharuan.


    Hal ini disampaikan Maktub dalam kuliah umum bertajuk ‘Kontestasi Politik Luar Negeri dan Perkembangan Islam di Indonesia’, di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Universitas Islam Indonesia (UII), Rabu (6/7).  Kegiatan ini diinisiasi program studi Hubungan Internasional.


    “Kita tidak bisa hanya sekadar teoritikal tapi juga praktikal. Bagaimana mengendalikan masa depan, melakukan estimasi, dan kalkulasi. Mengkaji informasi selengkap dan sedalam mungkin untuk memetakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi,” tutur Maktub.


    Setiap individu di kondisi dan konflik global dituntut untuk terus melakukan evaluasi mengapa masih lemah? Mengapa masih kurang? Pasalnya disrupsi teknologi menjadikan hal lama menjadi tidak relevan.


     “Kita harus melakukan perubahan dan pembaharuan. Dengan ilmu memungkinkan kita melakukan evaluasi dan akhirnya melahirkan kepercayaan diri,” tegasnya.


    Dari sisi lebih kenegaraan, hakikat negara adalah manusia itu sendiri. Sumber daya manusia menentukan nasib negara di samping sumber daya alam. Munculnya kepercayaan diri pada individu yang berdampak pada negara, menurut Maktub akan melahirkan ketahanan diri.


    Dalam peta dunia sekarang, ini tidak sedikit masalah muncul bersumber dari ideologi agama. Hal ini dikarenakan dua faktor, yakni misinterpretation yang kemudian berimbas pada kekeliruan implementasi. 


    “Indonesia dapat menjadi pembawa Islam yang benar-benar rahmatan lil alamin, bukan hanya untuk segolongan saja, tetapi untuk masyarakat global secara umum,” paparnya.


    Agar melakukan pemberdayaan, Maktub berpesan agar manusia harus mulai belajar dari diri sendiri. Sehingga akan terjadi akselerasi. Perbedaan bukan lagi menjadi barrier atau ancaman, melainkan menjadi anugerah.


    Lebih lanjut disampaikan Maktub, dengan chaos nya keadaan dunia saat ini menjadi kesempatan Islam untuk tampil dan membawa pemikiran baru sebagai solusi banyaknya masalah yang terjadi. 


    “Namun sebelum itu, kita harus memastikan dulu, Islam yang bagaimana yang akan melakukannya. Semua harus dimulai dengan pemikiran dan keilmuan, karena Islam selama ini digunakan oleh orang-orang yang tidak berilmu sehingga memberikan gambaran Islam yang salah atau keliru,” terang Maktub.


    Sebelumnya, Rektor UII Fathul Wahid mengutip laporan dari The Brookings Institution, tentang sebuah pendekatan baru yang membahas bagaimana Islam menjadi soft power yang digunakan oleh aktor negara. 


    Menurut Fathul, ini menjadi penting bagaimana pesan-pesan Islam yang damai, mengandung nilai universal, keadilan, kejujuran, kesetaraan, peduli lingkungan dan lain-lain. 


    “Ini bisa kita lantangkan bersama. Bukan Islam yang datangnya marah, bukan Islam yang datangnya menghardik, bukan Islam yang datang dengan memukul, bukan Islam yang datang membawa kegaduhan. Tetapi Islam yang ramah, mendidik, merangkul, dan menghadirkan keteduhan,” tutur Fathul. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close