-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Gua Selarong, Jejak Gerilya Pangeran Diponegoro di Bantul

    03/10/20, 14:11 WIB Last Updated 2020-10-03T07:12:05Z

    Bantul, Kabar Jogja - Merupakan minat khusus, objek wisata Gua Selarong yang ada di daerah Pajangan, Bantul. Tempat berupa peninggalan sejarah, yang digunakan saat perang gerilya sekitar 1825-1830 oleh Pangeran Diponegoro.


    Gua Selarong yang berada di perbukitan kecil pelosok Desa Guwosari, Pajangan itu memang tak seramai objek-objek wisata lain di Yogyakarta. Sepi dan tak adanya angkutan umum yang menuju ke sana, membuatnya tak terlalu hidup sebagai kawasan wisata.


    Namun, justru itulah yang membuat rombongan wisatawan asal Deles, Klaten siang kemarin mendatangi kawasan ini. Kejenuhan mengunjungi objek-objek wisata yang umum, menjadi alternatifnya untuk datang ke Gua Selarong.


    "Justru itu, jadi penasaran. Gua Selarong itu seperti apa, belum pernah ke sini juga. Kalau pantai, kan itu-itu saja. Parangtritis, Indrayanti, Baron," kata Tiyono, 40.

    Selain itu juga, digunakannya sebagai tempat alternatif untuk ditawarkannya kepada wisatawan luar. Karena memang, ia sendiri juga berbisnis yang bergerak di bidang wisata. "Sekalian cari tempat wisata yang belum banyak dikunjungi orang," katanya.   


    Gua Selarong ini merupakan saksi sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro pada masa perlawanan terjadap penjajah Belanda. Digunakan sebagai tempat sementara untuk menyusun strategi perang gerilya, sejak kediaman Diponegoro dibakar.


    Peperangan antara Diponegoro dengan Belanda yang terjadi saat itu dikenal sebagai Perang Jawa yang berlangsung sekitar lima tahun. Berakhir dengan ditangkapnya Diponegoro, setelah dilakukannya perundingan oleh Belanda dengan tipu muslihatnya.


    Di Gua Selarong ini, terdapat dua gua, yaitu Kakung dan Putri. Di Gua Kakung, dulunya ditempati oleh Pangeran Diponegoro. Sementara, Gua Putri, oleh selirnya, Raden Ayu Ratnaningsih, yang merupakan selir paling setia setelah kedua istri Diponegoro meninggal.


    Wisatawan lain, yang menikmati objek seperti ini, Tino, 30, warga Deles, Klaten, mengatakan lebih menarik wisata-wisata seperti ini jika dibandingkannya dengan yang lain. "Kan lebih bernilai sejarah juga," katanya.(dho)

     

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close