Yogyakarta, Kabar Jogja - Selain pada kesehatan, pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor ekonomi yang masif dan merata. Oleh sebab itu, penanganannya juga tidak hanya pada kesehatan, melainkan juga pemulihan ekonomi. Dampak pada sektor ekonomi ditandai dengan tiga hal, yaitu daya beli masyarakat melemah, produksi dan investasi anjlok, serta memicu adanya krisis atau kebangkrutan ekonomi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. sebagai keynote speaker dalam acara Workshop dan Webinar Hari Santri Nasional 2021 dengan tema Optimisme Kebangkitan Ekonomi untuk DIY Sehat Dan Tangguh di lantai III Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI D.I. Yogyakarta pada hari Senin (27/09) pagi.
Meski pandemi masih berlangsung di negara ini, Senator asal Yogyakarta tersebut menyatakan bahwa pemerintah Indonesia dipuji di berbagai negara, khususnya terkait penanganan dan refocusing anggaran dalam upaya pemulihan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga menggelontorkan anggaran untuk program stimulus dan bantuan seperti Prakerja, modal UMKM, Pengurangan Pajak, dan lain-lain.
Sementara di Yogyakarta, menurut Anggota Komite I DPD RI tersebut, salah kunci pemulihan ekonomi di kota pelajar ini adalah dengan membuka pembelajaran tatap muka dan destinasi wisata. Keduanya merupakan tonggak ekonomi bagi Yogyakarta.
“Tidak perlu khawatir lagi, saat ini vaksinasi tahap pertama sudah 75%, dan 40% untuk vaksinasi tahap kedua,” kata pria yang akrab disapa Gus Hilmy tersebut.
Gus Hilmy mencontohkan, di pusat perbelanjaan, pintu masuknya dijaga ketat, tetapi di dalam ternyata sudah ramai sekali. Mestinya hal juga menjadi pertimbangan untuk membuka sekolah dan wisata.
Acara yang dipandu oleh Anna Istanti, S.Pd ini merupakan hasil kerja sama antara anggota DPD RI Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A, dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY, dan Yayasan Griya Jati Rasa. Sementara pembicara yang hadir adalah H. Fahmi Akbar Indries, SE., MM (Ketua Badan Wakaf Indonesia DIY), Farsijana Adeney Risakotta Ph.D (Ketua Yayasan Griya Jati Rasa), dan Brigjen Pol Dr. Andry Wibowo, S.I.K., M.H., M.Si. (Kepala BIN Daerah DIY).
Fahmi menuturkan, dampak ekonomi juga dirasakan oleh tempat ibadah. Tidak adanya jamaah di masjid, misalnya, menjadi sebab utama kotak infak menjadi kosong. Meski demikian, Badan Wakaf Indonesia telah menyalurkan berbagai bantuan. Demikian juga dengan pemerintah.
Hal penting lainnya, menurut Fahmi, jangan sampai krisis ini merambat ke sektor lain seperti politik.
“Krisis ekonomi jangan sampai berlanjut menjadi krisis politik. Dalam proses transformasi perilaku dan ekonomi, platform-platform digital juga harus disikapi dan dijawab dengan baik,” katanya.
Dalam menghadapi pandemi, Farsi berpandangan bahwa harus ada kerja sama dari berbagai pihak. Dimulai dari keluarga, tetangga, desa, organisasi, pemerintah, semua potensi digarap untuk memulihkan dan mengembangkan ekonomi.
Dengan adanya kerja sama itu, Brigjen Pol Andry mengaku optimis dalam menghadapi pandemi dengan menerapkan dua pendekatan, yaitu pembatasan sosial dan pemberian stimulus bansos.
Semua pembicara sepakat bahwa vaksinasi menjadi pintu keluar pertama dari pandemi Covid-19. BIN telah melakukan vaksinasi di berbagai tempat. Begitu pula dengan PWNU, bekerja sama dengan berbagai lembaga, telah ikut mendistribusikan vaksin sebanyak 30.000 dosis.(rls)