-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Atasi Kekeringan, Beberapa Lokasi di Gunungkidul Dibangun Sumur Bor

    22/04/20, 20:08 WIB Last Updated 2020-04-22T13:08:28Z

    Yogyakarta – Global Wakaf-Aksi Cepat Tanggap (ACT) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus berupaya membangun sumur wakaf berupa sumur bor di beberapa lokasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bencana kekurangan air bersih saat musim kemarau. 

    Koordinator Program Sumur Wakaf, Kharis Pradana menyebutkan, "musim kemarau menjadi tantangan tersendiri bagi beberapa wilayah di Yogyakarta, terutama di Kabupaten Gunungkidul, hampir setiap musim kemarau tiba Wilayah Gunungkidul selalu diiringi bencana kekeringan, bahkan sampai pada tingkat kelangkaan air bersih," kata Kharis dalam siaran pers yang diterima kabarjogja.id pada Rabu (22/3).

    Dari total 27 sumur wakaf yang sudah terbangun di Wilayah Yogyakarta, sedikitnya ada 5 titik sumur wakaf yang sedang proses dibangun di bulan April 2020 ini, yaitu berada di di Desa Candirejo, Kecamatan Semin, Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Desa Plembutan Kecamatan Playen, Desa Watusigar Kecamatan Ngawen, dan Desa Bendung, Kecamatan Semin.

    Menurut Kharis, di bulan April ini pembangunan difokuskan di Kabupaten Gunungkidul dikarenakan berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Gunungkidul merupakan wilayah dengan tingkat kekeringan paling ekstrim dibanding wilayah Yogyakarta yang lain, "di tahun 2019 kemarin dari total 17 kecamatan Kecamatan di Gunungkidul, 14 kecamatan mengalami kekeringan yang luar biasa, permintaan dari masyarakat untuk droping air bersih dan pembangunan sumur sangat tinggi," paparnya.

    Adapun yang cukup menjadi kendala saat proses pembangunan sumur menurut Kharis adalah postur tanah yang di dominasi bebatuan hitam yang menyebabkan lamanya proses pengeboran, “seperti di Kecamatan Patuk, Gunungkidul dan Kecamatan Dlingo, Bantul, tanahnya banyak ditemukan bebatuan hitam yang keras, orang sini menyebutnya ‘watu kebo gopak’ karena mirip kerbau yang sedang berendam, bahkan sehari dilakukan pengeboran menggunakan alat berat hanya mendapat kedalaman setengah sampai satu meter,” ungkap Kharis. 

    Selain kendala kerasnya bebatuan, lanjut Kharis, di Wilayah Gunungkidul juga didominasi bebatuan karst (bebatuan kapur), yang posturnya berupa tanah berongga, dampak kurang baik dari bebatuan ini adalah saat pengeboran berlangsung akan menghabiskan banyak air, kadang sampai 40 tangki, karena airnya tersedot habis kedalam tanah. 

    Walaupun begitu ikhtiar untuk mengentaskan bencana kekeringan tahunan secara perlahan terus di upayakan, dari keseluruhan sumur wakaf yang telah dibangun di Gunungkidul dan sekitarnya, Kharis menyebutkan, seluruhnya mendapatkan debit air yang baik, dan air bersihnya dialirkan ke masjid, pesantren hingga ke dusun-dusun setempat untuk keperluan sehari-hari masyarakat. “Pembangunan sumur wakaf kali ini juga merupakan ikhtiar Global Wakaf-ACT DIY agar di masa pandemi Corona kebutuhan sanitasi warga terpenuhi, untuk mendukung kesehatan masyarakat,” ucapnya.(ana/rls)


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close