Bantul, Kabar Jogja - Menampilkan 80-an karya seniman disabilitas maupun non disabilitas, pameran bertajuk ‘Akar Rasa Setara’ menjadi pembuka ruang pamer Equalitera Artspace. Pameran dibuka Senin (30/9).
Kehadiran Equalitera Artspace sebagai kesetaraan di ruang pamer dengan memberikan porsi sama besarnya bagi perupa disabilitas maupun non disabilitas.
Berada di Desa Tamantirto, Kasihan atau lebih tepatnya seberang pintu masuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Equalitera Artspace dihadirkan yayasan Jogja Disability Arts sebagai galeri khusus bagi seniman disabilitas.
Director Equalitera Artspace, Nano Warsono menerangkan kehadiran ruang ini sebagai bentuk keberlanjutan kegiatan dan kreativitas rekan-rekan perupa disabilitas. Dimana disebutnya mereka sering kali menjadi objek dalam pameran-pameran besar.
“Peran-peran kecil tersebut menjadikan tidak adanya keberlanjutan roadmap untuk seniman disabilitas kedepan maupun penyandang disabilitas yang menjadikan seni mata pencaharian utamanya,” kata Nano.
Diambil dari dari kata Equality yang berarti kesetaraan dan terra yang berarti tanah atau bumi, tempat hidup. Atau juga kata Litera yang diambil dari literasi yang dimaknai sebagai pengetahuan, keterampilan dalam aktivitas tertentu.
“Equalitera bisa diartikan sebagai tempat hidupnya pengetahuan dan keterampilan yang mengedepankan kesetaraan,” tegasnya.
Peran dan tujuan Equalitera Artspace adalah memberi ruang presentasi seni yang layak bagi disabilitas pelaku seni dan sebagai ruang pertemuan, kolaborasi, gagasan dan kreativitas antara disabilitas dan non disabilitas pelaku seni.
Selain itu mewujudkan ruang edukasi seni yang inklusif, pengembangan karier disabilitas pelaku seni, berperan serta dalam mewujudkan ekosistem seni yang inklusif dan pewacanaan dan pengarsipan.
Ketua Jogja Disability Arts, Sukri ‘Butong’ Budi Dharma menyebut kehadiran Equalitera seperti menjawab harapan perupa disabilitas akan ruang pamer sendiri. Equalitera akan menjadi panggung untuk menampilkan karya agar lebih dikenal luas.
“Perupa disabilitas ingin menggali potensinya tanpa harus dibantu orang lain. Mereka membutuhkan ruang dan peluang, agar karya mereka bisa bersaing dan ditempatkan di ruang publik. Ini akan menyingkirkan stigma negatif tentang difabel,” katanya.
Bersamaan dengan pembukaan Equalitera Artspace, turun dipamerkan 80 lukisan dan patung dari 35 seniman gabungan bagi perupa disabilitas maupun non disabilitas. (Tio)