-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Disahkan, Daerah Istimewa Yogyakarta Resmi Berusia 269 Tahun

    13/03/24, 16:19 WIB Last Updated 2024-03-13T09:19:32Z

    Yogyakarta, Kabar Jogja – Rapat Paripurna Istimewa DPRD mengesahkan hari jadi Daerah Istimewa Yogyakarta resmi ditetapkan pada 13 Maret 1755 atau per hari ini, Rabu (13/3) sudah berusia 269 tahun.


    Penentuan hari jadi Daerah Keistimewaan Yogyakarta ini ditegaskan melalui Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2024.


    “Perda Hari Jadi DIY, membuka lembaran baru sejarah kita. Momentum hari jadi, bukan hanya sekadar penanda waktu, namun sebuah simbol perubahan, yang berdampak mendalam terhadap perjalanan DIY,mengukir jejak keistimewaan dalam kanvas sejarah,” kata Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X saat membacakan sambutannya.


    Perda ini juga disebutnya menjadi fondasi, bagi pemerintah dan masyarakat DIY untuk membangun masa depan, mengambil inspirasi dari nilai-nilai budaya yang agung dan spirit perjuangan, yang telah melekat dalam jiwa keyogyaan masyarakat sejak dahulu kala.


    Dipaparkan juga beberapa fakta sejarah  dan nilai budaya yang menjadi dasar-dasar penetapan 13 Maret 1755 sebagai hari lahir DIY. Dimana pada hari tersebut, di Hutan Beringan, Sultan Hamengku Buwono secara resmi mendeklarasikan berdirinya ‘Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat’,  yang juga menandakan pembentukan negara dan pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, lengkap dengan elemen pemerintahan, wilayah, dan rakyatnya, meskipun istana belum terbangun.


    “Dalam momen tersebut, Sultan Hamengku Buwono resmi menyatakan wilayah kekuasaannya sebagai ‘Ngayogyakarta Hadiningrat’, terletak di Hutan Beringan, yang juga dikenal sebagai Beringin atau Pabringan, di mana terdapat sumber air Pachetokan dan pesanggrahan Garjitawati,” ucap Sultan.


    Kemudian 13 Maret 1755 sekaligus menjadi momentum, dimana pertama kalinya digunakan nama ‘Ayodhya’, yang kemudian dilafalkan menjadi “Ngayodhya” dan “Ngayogya”. Dari kata inilah kemudian dijadikan nama Ngayogyakarta Hadiningrat, yang berarti tempat yang baik dan sejahtera yang menjadi suri tauladan keindahan alam semesta.


    Dalam tradisi Jawa, Ngayogyakarta merupakan nama negara baru yang terdiri atas separoh bumi Mataram, yang sekaligus juga nama ibukota negara. Kesamaan ini mengandung makna, bahwa ibu kota bukan hanya pusat administratif pemerintahan atau perniagaan, tetapi juga merupakan cerminan dari keseluruhan nagari. 


    Sementara ungkapan Hadiningrat, mengisyaratkan bahwa secara konseptual dicita-citakan agar nagari ini dapat menginspirasi dunia dengan keindahan, kesempurnaan, dan keunggulannya.


    “Tanggal 13 Maret 1755, sekaligus menandai puncak jiwa kemerdekaan yang digelorakan oleh Pangeran Mangkubumi, untuk melepaskan diri dari hegemoni kolonialisme Belanda untuk membangun sebuah peradaban baru yang bernama Ngayogyakarta Hadiningrat,” tegasnya. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close