-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Memunculkan Motif Batik Kontemporer Untuk Segmen Anak Muda

    23/02/24, 15:17 WIB Last Updated 2024-02-23T08:17:55Z

    Bantul, Kabar Jogja – Menerapkan strategi pasar berbeda dengan perajin lainnya, Batik Farras membidik segmen pasar anak muda untuk mengalahkan dominasi produk batik printing. Motif kontemporer yang kemudian dikombinasikan dengan motif tradisional, berhasil memikat pembeli muda.


    Pemilik Batik Farras, Daery Farras mengatakan usaha batiknya muncul pertama kali pada 2006 silam di Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo. Usaha yang didirikan ayahnya, Umbuk Harianto ini awalnya bertujuan membantu perajin di sana untuk mendapatkan pasar.


    “Saat itu kita menyasar area perkotaan untuk mendapatkan segmen pasar yang tepat. Tapi banjirnya produk batik printing membuat kita tersingkir dan sempat terhenti,” katanya, Jumat (23/2) saat ditemui di tokonya di Jalan Kolonel Sugiono, Deresan, Ringinharjo, Bantul.


    Tidak ingin kalah, Daery kemudian mengubah strategi dan segmen pasarnya. Membidik generasi muda menjadi fokus orientasinya produknya. Tak hanya itu, menyasar kawasan pinggiran dipilih karena masih luasnya pasar yang tersedia.


    Baginya, anak muda-muda ini sebenarnya masih menggandrungi batik yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Namun karena harga batik tradisional, tulis dan cap masih tergolong mahal. Akhirnya pilihannya jatuh ke prodik batik printing.


    Melihat kondisi ini, Daery memutuskan menjual produknya dengan harga yang terjangkau. Untuk kain batik ukuran dua meter, Batik Farras membandrol harga antara Rp100-Rp250 ribu.


    “Kami tahu harga murah akan membuat laba sedikit. Tapi ini kita pilih, karena kita yakin dengan semakin murah, produk kita akan dibeli banyak orang dan tentunya akan semakin tersebar di banyak tempat. Ini promosi yang kita pilih,” katanya.


    Alhasil, konsep pemasaran Batik Farras diubah semua. Jika dulu di awal-awal usaha fokus pada area perkotaan untuk penjualan. Sekarang diubah dengan menyasar daerah pinggiran.


    Jika dulu hanya memenuhi pasar konsumen tradisional yang berfokus pada pakem motif pasaran. Sekarang segmen pembelinya diubah dengan menyasar kalangan anak muda dan menghadirkan motif kontemporer serta kombinasi yang lebih beragam dengan jumlah terbatas.


    “Kami menyasar kawasan Yogyakarta selatan sebagai pasar. Saat ini ada tiga toko yang kami buka di Lendah, Wates dan Bantul. Di rumah produksi, kami mempekerjakan 25 pembatik yang didominasi generasi muda,” kata Daery.


    “Kami juga menghadirkan motif kontemporer dengan warna cerah yang digemari anak muda. Tak hanya itu, berbagai motif yang diinginkan pembeli kami akomodasi dengan memasukkan unsur motif tradisional seperti Kawung maupun Parang,” jelasnya.


    Lewat media sosial sebagai arena promosi, Daery membaca keinginan pembeli yang tak ingin sesuatu yang dikenakan disamai orang lain. Akhirnya, untuk motif yang dikembangkan oleh timnya, motif Batik Farras dibuat terbatas sekitar 20-30 helai.


    Menembus pasar hingga Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua setiap bulannya Daery mengaku omzet yang masuk mencapai Rp30-40 juta. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close