Yogyakarta, Kabar Jogja – Polda Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan malam perayaan pergantian tahun nanti kawasan Tugu, Malioboro dan Titik Nol akan diterapkan menjadi kawasan bebas kendaraan. Kawasan rawan kecelakaan akan diawasi ketat.
Hal ini disampaikan Dirlantas Polda DIY Kombes Alfian Nurrizal usai rapat koordinasi persiapan menjelang liburan Natal dan Tahun Baru bersama dengan Komisi A DPRD Yogyakarta, Selasa (19/12).
“Berkaca pada pengalaman perayaan pergantian malam tahun baru lalu. Kemacetan tidak bisa diurai karena semua kendaraan dipersilahkan melintas. Ini semua menyebabkan ketidaknyaman karena polusi udara meningkat dari kendaraan yang tidak dimatikan,” jelasnya.
Karenanya, dalam skema antisipasi kemacetan tidak terjadi lagi. Maka diputuskan pada malam perayaan tahun baru ketiga kawasan ini akan diberlakukan bebas kendaraan bermotor. Kebijakan ini akan diterapkan pada 31 Desember mulai pukul 18.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB.
Untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pada wisatawan yang berkunjung, diperkirakan liburan Nataru, Yogyakarta bakal dikunjungi 4,45 juta wisatawan. Sepanjang Tugu, Malioboro dan Titik Nol akan ditempatkan petugas yang terbagi dalam delapan zona.
“Nantinya kami juga akan memasang pembatas jalan di sepanjang Malioboro khusus kendaraan pengurai kepolisian jika terjadi hal-hal darurat. Pengunjung yang akan menikmati malam tahun baru di ketiga kawasan ini dipersilahkan memarkir kendaraan di titik-titik parkir yang sudah ditentukan,” katanya.
Kombes Alfian juga memastikan pihaknya melakukan pengawasan ke berbagai kawasan rawan bahaya untuk tidak dilintasi wisatawan. Khususnya daerah Cinomati, Kecamatan Pleret, Bantul.
Nantinya akan ditempatkan petugas yang akan mengarahkan wisatawan bakal melintasi Cinomati berdasarkan petunjuk satelit ke jalur-jalur yang lebih aman.
Ketua Komisi A DPRD Yogyakarta, Eko Suwanto berharap rekayasa dan konsep pengamanan selama liburan Nataru ini mampu mewujudkan target tidak adanya korban jiwa baik nyawa maupun terluka akibat kecelakaan lalu lintas.
“Selain peran aktif dari berbagai instansi vertikal seperti Polri/TNI dan dinas-dinas Pemda DIY. Keterlibatan komunitas-komunitas seperti Jagawarga, Satrescue Istimewa dan berbagai Pokdarwis akan memastikan pemberian pelayanan terbaik bagi wisatawan,” katanya.
Eko juga meminta masyarakat tidak ‘aji mumpung’ dengan datangnya wisatawan ke Yogyakarta dengan menarik harga makanan dan tarif parkir yang ‘nuthuk’. Semua diharapkan sewajarnya demi nama baik Yogyakarta.
“Yang perlu diwaspadai, wisatawan terus diingatkan mengenai bahaya hidrologi di berbagai kawasan wisata yang rawan. Serta Pemda DIY harus menyusun skema tentang pembersihan sampah tambahan yang pasti muncul pasca kepulangan wisatawan,” tutup Eko. (Tio)
