-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Satu Dari Tiga Remaja Indonesia Diketahui Memiliki Masalah Kesehatan Mental

    21/10/22, 13:13 WIB Last Updated 2022-10-21T06:13:03Z

    Sleman, Kabar Jogja – Survei kesehatan mental pertama di Indonesia, National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), memaparkan satu dari tiga pemuda usia 10-17 tahun memiliki masalah kesehatan mental.


    Bahkan 20 pemuda Indonesia dalam setahun terakhir mengalami gangguan mental.


    Peneliti utama I-NAMHS yang Guru Besar Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Siswanto Agus Wilopo pada Kamis (20/10) menjelaskan penelitian ini dilakukan dalam kurun 2021 dan melibatkan 5.664 pemuda berserta pengasuhnya. 


    “Pengumpulan data dilaksanakan 2021 oleh enumerator yang telah terlatih untuk melakukan wawancara kepada remaja dan pengasuhnya. Semua proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan,” jelasnya.


    Dari survey yang dilakukan, I-NAMHS menunjukkan satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.


    "Ini setara dengan 15.5 juta dan 2.45 juta remaja. Ganguan mental yang mereka alami ini memberikan kesulitan para remaja melakukan kesehariannya," paparnya.


    Siswanto mnyatakan gangguan mental yang paling banyak diderita remaja adalah gangguan kecemasan yang merupakan gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh dimana mencangkup sebesar 3.7 persen.


    Kemudian diikuti gangguan depresi mayor (1.0 persen), gangguan perilaku (0.9 persen), dan gangguan stress pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) masing-masing sebesar 0.5 persen. 


    Siswanto melanjutkan meski I-NAMHS juga pemerintah sudah meningkatkan akses ke pelbagai fasilitas kesehatan, hanya sedikit remaja yang mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental mereka.


    “Hanya 2,6 persen dari remaja yang memiliki masalah kesehatan mental menggunakan fasilitas kesehatan mental atau konseling untuk membantu mereka mengatasi masalah emosi dan perilaku mereka dalam 12 bulan terakhir. Angka ini sangat kecil dibandingkan remaja yang membutuhkan bantuan mengatasi permasalahan mental mereka,” jelasnya.


    Temuan I-NAMHS juga memperlihatkan kebanyakan (38.2 persen) pengasuh remaja memilih mengakses layanan kesehatan mental dari sekolah untuk remaja mereka.


    Di sisi lain, dari semua pengasuh utama yang menyatakan remaja mereka membutuhkan bantuan, lebih dari dua perlima (43.8 persen) melaporkan mereka tidak mencari bantuan dikarenakan mereka lebih memilih untuk menangani sendiri masalah remaja tersebut atau dengan dukungan dari keluarga dan teman-teman.


    I-NAMHS berfokus menghitung beban penyakit (prevalensi) enam gangguan mental yang paling umum di antara remaja, yaitu fobia sosial, gangguan cemas menyeluruh, gangguan depresi mayor, gangguan perilaku, gangguan stres pasca trauma (PTSD), dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).


    I-NAMHS juga mengidentifikasi faktor risiko dan pelindung yang berhubungan dengan gangguan mental remaja seperti perundungan, sekolah dan pendidikan, hubungan teman sebaya dan keluarga, perilaku seks, penggunaan zat, pengalaman masa kecil yang traumatis, dan penggunaan fasilitas kesehatan.


    “Survey ini penting karena populasi remaja Indonesia yang mencapai  20 persen dari total penduduk memiliki peran penting, terutama meraih bonus demografi dan merealisasikan visi Indonesia Emas 2045,” tutup Siswanto. (Tio)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close