-->
  • Jelajahi

    Copyright © KabarJogja.ID - Kabar Terkini Yogyakarta
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Covid-19 Bermutasi, Tak Lebih Ganas?

    26/12/20, 19:50 WIB Last Updated 2020-12-26T12:50:42Z



    Yogyakarta, Kabar Jogja - Publik dikagetkan dengan adanya peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang signifikan di Inggris bulan Desember ini. Hasil analisis genomik virus Corona menunjukkan adanya sekelompok mutasi varian baru pada lebih dari separuh kasus COVID-19 di Inggris tersebut. 


    Varian ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S. Varian baru  juga ditemukan secara signifikan pada kasus COVID-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S.


    Hingga sampai hari ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1.2% virus pada database GISAID, 99% varian tersebut dideteksi di Inggris. Selain di Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia baru ditemukan pada 3 kasus yaitu Singapura, Hong Kong dan Israel.


    Dari 9 mutasi tersebut pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S. 


    “RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan receptor untuk menginfeksi sel manusia,” kata Pakar virus dari UGM dr. Gunadi, SpBA, Ph.D., dalam keterangannya kepada wartawan, Sabtu (26/12).


    Menurutnya mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70%. Namun begitu, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya atau ganas. “Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada,” katanya.


    Untuk deteksi mutasi virus ini, kata Gunadi, tes swab PCR bisa digunakan untuk diagnosis infeksi varian baru COVID-19 dengan mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus Corona. Karena varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis COVID-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S, karena bisa memberikan hasil negatif palsu. 


    Oleh karena itu, peran surveilans genomik (whole genome sequencing) virus Corona menjadi sangat penting dalam rangka identifikasi mutasi baru, k pelacakan (tracing) asal virus tersebut dan dilakukan isolasi terhadap pasien dengan mutasi tersebut, sehingga penyebaran virus Corona bisa dicegah lebih lanjut.


    Ia menghimbau masyarakat lebih waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. 


    “Masyarakat tetap harus menerapkan 3M, memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan,” pungkasnya.(rls)


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    close